Makalah shalat jumat dan shalat berjamaah

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah

Kedudukan shalat dalam agama islam sangat tinggi dibanding dengan ibadah yang lainya. Dan shalat  merupakan pondasi utama bagi tegaknya agama islam atau keislaman seseorang. Dengan demikian tidaklah dapat di katakan seseorang beragama islam jika yang bersangkutan tidak melakukan shalat, sebelum melakukan shalat kita harus mengetahui pengertian, hukum-hukum dan syarat-syarat shalat yang akan kita kerjakan. Berjamaah sangat di anjurkan, karena dengan berjamaah, apabila shalat kita ada yang kurang sempurna, maka akan tertutupi dengan berjamaah itu. Shalat berjamaah termasuk salah satu keistimewaan yang di berikan dan di syariatkan secara khusus bagi umat islam. Ia mengandung nilai-nilai pembiasaan diri untuk patuh, bersabar, berani, dan tertib aturan, di samping nilai sosial untuk menyatukan hati dan menguatkan ikatan.
Selain  shalat jamaah shalat jum’at menjadi kewajiban setiap muslim. yang juga sebagai forum silaturahim bagi umat muslim dan juga menunjukkan syiar islam dikalanngan wilayah masing-masing, Pada hari jum’at, Allah memperlihahkan dengan jelas kepada hamba-hamba-Nya berbagaaai amal yang utama, nikmat-nikmat yang melimpah, dan berkah-berkah yang tak terhitung jumlahnya.
Oleh karena itulah Allah mensyariatkan kaum muslimin untuk berkumpul di hari raya sepekan sekali untuk berdzikir kepada Allah, mensyukuri-Nya, dan menunaikan shalat jum’at. Allah memberikan perhatian yang lebih besar kepada shalat jumat dari pada shalat-shalat yang lain. Pada kesempatan itu seluruh kaum muslimin berkumpul di masjid agung untuk mendengarkan khutbah seorang khatib yang akan memberi nasehat kepada mereka, dan mengajak mereka untuk ingat serta taat kepada Allah, dan mengikuti sunah Nabi-Nya Sallallahu Alaihi wa Sallam.
B. Rumusan masalah

1.    Shalat jum’at
a. Apa yang di maksud dengan shalat jum’at?
b. Apa hukum shalat jum’at?
c. Apa syarat-syarat shalat jum’at?

2.    Shalat jamaah
a. Apa yang di maksud dengan shalat jamaah?
b. Apa hukum shalat jamaah?
c. Apa syarat-syarat shalat jamaah?

PEMBAHASAN

1.    Shalat Jum’ah

a.    Pengertian Shalat Jum’at
Shalat jum’at ialah shalat dua rokaat yang di lakukan dengan berjamaah, setelah dilakukan dua khutbah pada waktu Zuhur di hari jum’at. Khutbah jum’at dan shalat jum’at mempunyai hubungan yang tak terpisahkan. Keduanya saling melengkapi. Oleh karena itu, Sebelum khotib naik mimbar sering di bacakan peraturan, bahwa pada saat khatib naik mimbar (mulai khutbah) jamaah dilarang berbicara, berisyarat dan sejenisnya. Barang siapa melakukanya maka sia-sialah jumatanya. Shalat jum’at dapat dilakukan di dalam kota  maupun diluar kota, seperti di masjid, di kantor, atau di lapangan yang sekelilingnya ada penduduknya.
Hal ini Rasullalah SAW, bersabda:
جَمَعَهَاالنَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ اَنَّهُ لَمَا قَدَّمَ اْلمَدِ يْنَةَ نَزَلَ اَوَّلُ جُمْعَةَ
قُبَاءَوَاَقَامَ بِهَااِلَى اْلجُمْعَةِ ثُمَّ دَخَلَ اْلمَدِ يْنَةَ وَصَلَى اْلجُمْعَةَ فِيْ دَارِبَنِى سَالِمِ اِبْنُ عَوْفٍ
Artinya:
Jum’at yang pertama kali di lakukan nabi SAW. yaitu ketika beliau hampir sampai di madinah seraya bertempat dan mendirikan jumatan di Quba, lalu beliau masuk madinah dan salat jumat di rumah Bani Salim bin Auf’. ( HR. Bukhari dan Abu Daud )

b.    Hukum Shalat Jum’at
Shalah Jum’at memiliki hukum fardlu ‘ain bagi laki-laki dewasa beragama islam, merdeka dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu. Jadi bagi para perempuan, anak-anak, orang sakit dan budak, solat jumat tidaklah wajib hukumnya.
Dalil Al-Qur’an Surah Al Jum’ah ayat 9:
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْااِذَانُوْدِيَ لِلصَّلوة مِنْ يَّوْمِ اْلجُمُعَةِ فَا سْعَوْ اِلى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُوااْلبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌلَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”)QS. Al jumuah: 9)
c.    Syarat-syarat Shalat Jum’at
Persyaratan shalat jum’at adalah:
1.    Diadakan pada suatu tempat di mana para jamaah shalat jum’at,
2.    Dilakukan secara berjamaah. Para ulama berbeda pendapat tentang batasan jumlah minimal jamaah. Abu Hanifah berpendapat sekurang- kurangnya 4 orang termasuk imam. Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hambal mempersyaratkan 40 orang laki-laki dewasa. Sedangkan Imam Malik hanya memberi kriteria, jamaah jum’at harus mencapai jumlah yang layak untuk membentuk perkampungan,
3.    Dilakukan sepenuhnya pada waktu Dzuhur, yaitu ketika matahari tergelincir,
4.    Harus di dahului dua khutbah sebelum shalat dengan memenuhi syarat dan rukunnya,
Adapun syarat-sysrat khutbah adalah:
a.    Dilakukan pada waktu dzuhur,
b.    Dilakukan sebelum shalat jum’at,
c.    Berdiri bagi khotib, jika mampu,
d.    Duduk di antara dua khutbah,
e.    Suci dari hadas dan najis,
f.    Menutup aurat.

2.    Shalat Jamaah

a.    Pengertian Shalat Jamaah
Shalat jamaah adalah shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama dengan satu orang didepan sebagai imam dan yang lainya dibelakang menjadi makmum.
Shalat jamaah termasuk salah satu keistimewaan yang diberikan dan disyariatkan secara khusus bagi umat islam. Karena di dalamnya mengandung nilai-nilai pembiasaan diri untuk patuh, bersahabat, berani, dan tertib aturan, disamping nilai sosial untuk menyatukan hati dan menguatkan ikatan.

b.     Hukum Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah hukumnya sunah muakad, artinya sunah yang dikuatkan atau sunah yang sangat penting untuk di kerjakan. Sehubungan dengan ini, Allah SWT. Berfirman  dalam Al Quran surah An Nisa ayat 102 yang berbunyi:
وَاِذَاكُنْتَ فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ
Artinya:
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu”.(QS. An Nisa: 102).

Di samping itu bagi orang yang mengerjakan shalat berjamaah, maka dilipatgandakan pahalanya sampai 27 kali lipat di banding dengan shalat sendiri. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW:
عَنِ ابْنِ عُمَرَاَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلَاةُ اْلجَمَاعَةِ اَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ اْلفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
Artinya:
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW. bersabda: “kebaikan shalat berjamaah itu melebihi shalat sendirian sebanyak 27 derajat”.(HR. Bukhari dan Muslim)
c.    Syarat-syarat Shalat Berjamaah
Syarat-syarat berjamaah dapat di katagorikan menjadi dua; syarat yang berhubungan dengan imam dan syarat-syarat yang berhubungan dengan ma’mum.
1.    Syarat menjadi imam

a.    Islam, karena itu adalah syarat utama dalam pendekatan diri seorang hamba kepada Allah,
b.    Akil;
c.    Baligh, merujuk hadis nasari Ali, bahwasanya Nabi muhammad SAW bersabda: “Diangkatlah pena dari dua orang (perbuatan mereka tidak di catat sebagai kebaikan maupun keburukan): Dari orang gila yang kehilangan kontrol atas akalnya sampai ia sadar, dari orang tidur sampai ia bangun, dan dari anak kecil sampai ia baligh.”
d.    Laki-laki, imam sholat jamaah harus seorang laki- laki, dan wanita tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki,
e.    Imam haruslah orang yang mampu membaca Al-qur’an dengan baik. Dengan bahasa lain, orang yang tidak ahli membaca Al-qur’an tidak boleh menjadi imam orang yang ahli membaca Al-quran, karena sholat meniscayakan Al-qur’an.
2.  Syarat mengikuti jamaah bagi makmum.
a.    Tidak boleh mendahului imam, merujuk hadis Rasullah SAW:
اِنَّمَاجُعِلَ الاْءِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ
Artinya: Sesungguhnya imam di tunjuk untuk diikuti.
b.    Mengetahui gerakan perpindahan imam, dengan melihat, mendengarkan atau mengikuti dari jamaah lain jika demikian halnya maka sholat jamaahnya sah meskipun jaraknya jauh dan terhalang oleh bangunan. Selama tidak menghalangi untuk mengetahui perpindahan gerakan imam maka tetap sah meskipun suara imam tidak sampai ke shalat mereka bahkan meskipun tempatnya berbeda seperti masjid dan rumah.
c.    Mengikuti imam, dalam artian bahwa gerakan ma’mum dalam sholat harus setelah gerakan imam. Hal itu merujuk pada hadis:
Sesungguhnya imam ditunjuk untuk diikuti, maka janganlah kamu berbeda dengannya, jika ia bertakbir maka takbirlah kalian dan jangan bertakbir jika ai ruku’ , maka ruku’ lah kalian dan jangan ruku’ dulu sebelum ia ruku’. Jika ia berkata: Sami’allohu liman hamidah, maka ucapkanlah robbana laka al-hamid, jika ia sujud, maka sujudlah dan jangan sujud dahulu sebelum ia sujud.
Hadis diatas menunjukan bahwa imam harus diikuti dan orang yang mengikuti tidak boleh mendahului orang yang diikuti dan juga tidak boleh membarengi dalam tindakanya, tetapi memperhatikan dan mengawasinya, mengikuti segala gerak-geraknya dan tidak berbeda maupun mendahului secara sama.
d.    makmum mengetahui status dan keadaan imam, apakah imamnya termasuk orang yang muqim (penduduk setempat) atau orang musafir, jika makmum tidak mengetahui ststus dan keadaan imam, maka tidak boleh mengikutinya.

KESIMPULAN

Shalat jum’at adalah shalat dua rakaat yang di dahului oleh dua khutbah dan dilakukan pada waktu zuhur dengan berjamaah, shalat jum’at hukumnya fardu’ain, artinya wajub dilaksanakan bagi setiap muslim yang sudah balig, berakal sehat, merdeka, dan orang yang mukim, adapun syarat-syarat jum’at adalah:
1)    Diadakan pada suatu tempat di mana para jamaah shalat jum’at,
2)    Dilakukan secara berjamaah,
3)    Dilakukan sepenuhnya pada waktu Dzuhur,
4)    Harus didahului dua khutbah.
Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan bersama-sama, paling sedikit dikerjakan oleh dua orang, satu orang di depan menjadi imam dan yang lainnya di belakangnya menjadi makmum, shalat berjamaah hukumnya sunah muakad, artinya sangat di anjurkan untuk di kerjakan, karena pahalanya berlipat ganda sampai 27 derajat. Syarat-syarat berjamaah dapat dikatagorikan menjadi dua; syarat yang berhubungan dengan imam dan syarat-syarat yang ber hubungan dengan makmum.

DAFTAR PUSTAKA

Ayyub, Syaikh Hasan.  Terjemah Fiqh Ibadah.Terj. Abdul Rosyad.          Jakarta: PUSTAKA AL- KAUTSAR,2004.
Azzam,  Abdul Aziz Muhammad.  Fiqh Ibadah. Jakarta: Azmah, 2009.
Ni’am, Syamsun. Pendidikan Agama Islam. Semarang: Aneka Ilmu, 2004.
Rifa’i, MOH. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Toha Putra, 2006.
Ulfah,  Isnatin. Fiqh ibadah. Ponorogo: STAIN Po press, 2009.

PERILAKU TERPUJI

Posted : Hilmi Husada
A.    Pengertian Perilaku Terpuji
Perilaku terpuji adalah segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai ajaran Islam. Kendatipun manusia menilai baik, namun apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka hal itu tetap tidak baik. Sebailiknya, walaupun manusia menilai kurang baik, apabila Islammeyatakan baik, maka hal itu tetap baik.
Kita sebagai umatnya tentunya ingin dapat mengikuti apa yang terjadi tuntutan rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagai suritauladan manusia.
Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan sehari-hari akan senantiasa dicintai oleh sesama, dan tentunya mereka kelak dihari kiamat akan masuk surga bersama dengan nabi saw. Sebagaimana beliau bersabda dalam hadisnya yang artinya sebagai berikut:
Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang paling dekat tempatnya dariku pada hari kiamat adalah oarang yang paling baik budi pekertinya diantara kalian”.
Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa gelar kesarjanaan tak mampu mengangkat derajat manusia tanpa dimilikinya akhlak terpuji.
Islam hadir dimuka bumi sebenarnya sangat mengedepankan akhlak terpuji, karena Rasulullah saw. sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya sebagai berikut:
اِنَّماَ بُعِثْتُ لِؤُتَمِّمَ مَكَأرِمَ اْلأَخْلاَقْ
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak”.
Alangkah indahnya ajaran Islam yang memerintahkan untuk berakhlakul karimah. Jika hidup kita dihiasi dengan ahklak terpuji tentunya akan dicintai oleh Allah awt dan masyarakatnya akan menjadi baik, temteram dan damai.
Sebagian manusia, berbicara tentang akhlak terpuji dalam era globalisassi seperti ini dinilai kuno dan kurang maju. Anggapan ini muncul karena sedah terpengaruh budaya barat yang dinilai maju dan modern. Akhlak terpuji amat penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam pergaulan remaja. Akhmad Syauki Bey (seorang penyair) mangatakan sebagai berikut:
“Sesungguhnya suatu umat akan tetap memiliki nama harum selama uamat tersebut memiliki akhlak yang terpuji. Manakala akhlak terpuji telah lenyap, lenyap pulalah nama harum umat tersebut.
B.     Perilaku Terpuji Terhadap Lingkungan Sosial
Manusia diciptakan Allah swt sebagai makhluk sosial artinya manusia selalu berhubungan dan membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam bergaul dengan orang lain harus diperhatikan norma-norma yang ada sehingga pergaulan antar masyarakat akan berlangsung dengan harmoni. Denagn demikian setiap manusia dituntut untuk berperilaku terpuji dalam hubungan dengan orang lain dilingkungan sosialnya tanpa membedakan status sosialnya, agama, maupun keturunannya. Rasulullah bersabda: “Engkau belum disebut sebagai orang yang beriman kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri”.
Macam-macam perilaku terpuji terhadap sesama dalam masyarakat
1.      Ta’aruf
Dalam pergaulan sehari-hari sering kita dengar ungkapan “tidak kenal maka tidak sayang”. Hal tersebut berlaku untuk apa saja baik itu dalam perdagangan, perumahan, lingkungan masyarakat dan lain-lain. Begitu juga dengan sesama manusia, kalau kita belum kenal mungkin kita punya dzan (sangkaan) yang bermacam-macam. Orang kita sangka baik ternyata belum tentu baik, orang yang kita sangka buruk belum tentu buruk, oleh karena itu supaya tidak punya dzan yang bermacam-macam, sabaiknya kita memperkenalkan diri. Perkenalan bukan hanya dari segi nama saja, tetapi dari berbagai aspek baik itu keluarga, pendidikan, agama, pekrjaan dan lain-lain.
Itulah makna kita saling kenal mengenal yang dalam bahasa arab disebut Ta’aruf. Ta’aruf dapat di artikan saling mengenal, saling mengetahui manusia satu dengan manusia lain. Saling kenal mengenal tersebut harus didasari dengan kemanusiaan, persaudaraan kecintaan serta ketakwaan kepada Allah swt . tanpa membedakan ras, keturunan, warna kulit, pangkat jabatan maupun agama. Dalam ta’aruf perbedaa-perbedaan itu harus kita jauhkan dan di ganti dengan kasih sayang.
Atas kodrat dan irodat Allah, kita lajir didunia yang memiliki berbagai macam perbedaan-perbedaan baik bentuk fisik, warna kulit, rambut, suku bangsa, maupun yang dibentuk oleh manusia itu sendiri seperti kelompok buruh, majikan dan lain-lain. Adanya perdaan itu jangan dijadikan alasan untuk permusuhan dan pertentangan akan tetapi harus dijadikan sarana saling kenal mengenal.
Ajaran tentang persaudaraan dan saling kenal mengenal antar manusia harus dilandasi dengan landasan yang amat luas. Yang dituju disini bukan hanya kaum mukmin, malinkan manusia pada umumnya yang mereka itu seakan-akan satu keluarga dan terbagi menjadi bangsa, kebilah dan keluarga.
Supaya perkenalan menjadi persaudaraan semakin erat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan kita kerjakan, yaitu sebagai berikut:
a.       Jaga persatuan dan kesatuan, karena pada dasarnya setiap muslim itu adalah saudara.
b.      Sebarkan salam, beri makan dan sambung tali persaudaraan.
c.       Segala urusan dimusyawarahkan
d.      Lemah lembut dan berseri-seri.
2.      Tafahum
Tafahum artinya saling memahami keadaan seseorang, baik sifat watak maupun latar belakang seseorang.
3.      Jujur
Allah meminta kapada manusia dalam membina kehidupan ini supaya berlaku benar dan jujur, karena kebenaran dan kejujuran merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Akan tetapi sebaliknya, apabila manusia melalaikan hal yang pokok ini, maka kehancuran dan kekacauan yang akan menimpa manusia. Oleh karenanya berpegang teguh pada kejujuran dan kebenaran dalam segala hal merupakan faktor yang penting dalam membina akhlak bagi orang-orang muslim.
Benar atau jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya, tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa arab benar atau jujur disebut sidiq (ash shidqu). Benar atau jujur perkataan artinya mengatakan sesuatu keadaanya yang sebenarnya, tidak mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikan. Akan tetapi, apabila yang disembunyikan itu suatu rahasia atau menjaga nama baik seseorang, maka itu diperbolehkan. Benar atau jujur dalam perbuatan ialah melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan aturan atau oetunjuk agama. Apabila menurut agama itu diperbolehkan, maka itu benar, dan apabila perbuatan itu menurut agama dilarang, berarti perbuatan itu tidak benar.
Benar atau jujur pada diri sendiri berarti kita harus bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan dan tujuan hidup kita untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain, yaitu kita memperlihatkan diri kita yang sebenarnya, tangpa dibuat-buat, bersih dan lurus. Benar atau juur kepada orang lain tidak hanya sekedar berbuat dan berkata yang benar, akan tetapi harus berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Sebagaimana disabdakan rasulullah yang artinya: “sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain.” Disamping memberikan manfaat kepada orang lain rasulullah juga mencontohkan kepeduliannya terhadap orang lain.
Jujur adalah kata yang mudah umtuk diucapkan, akan tetapi berat dalam pelaksanaannya. Kejujuran memancarkan kewibawaan, karena orang yang berlaku jujur dapat menepiskan segala prasangka buruk, dia berni karena benar.
4.      Adil
Adil menurut istilah agama adalah sama dalam segala urusan dan menjalankan sesuai dengan ketentuan agama. Dengan kata lain, adil adalah mengerjakan yang benar dan menjauhkan yang batil.
Adil adalah jalan bagi seseorang untuk menuju kepada ketakwaan. Apabila didalam pergaulan hidup ini masing-masing pihak berbuat sesuai dengan pekerjaannya, maka diharapkan akan terwujud ketenteraman dan kedamaian didalam masyarakat. Salah satu sifat yang ahrus dimiliki setiap orang untuk dapat menegakkan kebenaran adalah sifat adil.
Didalam Al-Quran dijelaskan bahwa bersikap adil tidak pilih-pilih, kepada golongan yang kita bencipun kita haarus tetap berlaku adil. Dengan berbuat adil, maka akan mendekatkan kita kepada sifat takwa. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah:8 yang artinya:
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”    (Q.S. Al-Maidah:8)
5.      Amanah
Secara bahasa, amanah adalah kepercayaan, kesetiaan atau ketulusan hati. Berdasarkan istilah, amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada pihak lain sehingga menimbulkan rasa aman bagi pemberinya, dan sebaliknya, pihak penerima memelihara amanah dengan baik.
Dibawah ini akan disampaikan tiga amanah Allah yang pokok kepada manusia, yaitu sebagai berikut:
1)      Amanah ilmu pengetahuan, yang diberikan kepada manusia yang berpredikat ulama, kaum cerdik pandai dan para sarjana.. mereka ini bertanggungjawab untuk memelihara ilmu, menyiarkannya serta mengembangkannya.
2)      Amanah kekuasaan, yang diberikan kepada mereka yang memegang kekuasaan, yaitu para pemimpin, tokoh masyarakat. Kekuasaan yang ada pada mereka itu merupakan amaliah Allah yang harus dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang telah ditentukan oleh Allah.
3)      Amanah harta, amanah ini dilimpahkan Allah kepada mereka hartawan, usahawan, produsen, supaya dapat mengursnya dengan baik sesuaid engan garis-garis yang telah ditentukan oleh Allah  dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu amanah itu hendaknya diberikan kepada orang yang mampu melaksanakannya. Begitu juga orang yang menerima amanah harus menyadari, bahwa amanah yang diterimanya itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada yang memberi amanah dan kepada Allah SWT.
6.      Tasamuh
Tasamuh dapat diartikan sebagai lapang dada, yaitu sikap tidak terburu-buru menerima atau menolak saran atau pendapat orang lain, sekalipun hal tersebut menyangkut pada masalah agama, akan tetapi dipikirkan dalam-dalam dipertimbangkan masak-masak baru menetapkan sikap.
7.      Toleransi
Secara bahasa toleransi artinya bersabar, menahan diri dan membiarkan. Toleransi menghendaki agar kerukunan hidup diantara manusia yang bermacam-macam paham, keyakinan dapat terhindar dari sifat-sifat kaku, bahkan menjurus pada sikap-sikap permusuhan.
Pada dasarnya, tujuan utama dalam toleransi adalah terciptanya kerukunan hidup antar manusia, dan dalam agama Islam juga diajarkan bahkan merupakan sesuatu ajaran yang sangat prinsip diantara ajaran-ajaran yang lain. Tuuan yang demikian ini merupakan tujuan utama dari agama Islam dimuka bumi ini dan sesuai pula dengan kata “Islam” yang berarti “damai” yaitu damai dengan sesama umat manusia.
8.      Ta’awun
Ta’awun artinya tolong menolong. Manusia tidak dapat berbuat banyak kalau seorangdiri, apalagi untuk kepentingan orang banyak. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia memerlukan bantuan atau pertolongan orang lain, bahkan harus mengikat kerjasama dengan orang lain.
Dampak positif ta’awun dan tasamuh
a.       Terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai.
b.      Tercapai ketentraman batin hidup bersama masyarakat.
c.       Terjalinnya hubungan batin yang mesra antara sesama manusia.
d.      Terwujudnya kesatuan dan persatuan.
C.    Perilaku Terpuji Terhadap Sesama
1.      Akhlak terpuji terhadap orang lemah
Dalam menghadapi kehidupan didunia ini, Allah telah memberikan kepada semua manusia antara lain berupa panca indera, akal dan sebagainya. Namun, diantara manusia ada yang tidak dapat memanfaatkan karunia dari Allah dengan sempurna karena beberapa sebab. Ada yang disebabkan karena lanjut usia, karena cacat, lumpuh dan sebagainya.
Kita tentu sangat beruntung dibandingkan dengan mereka, kita dapat membeyangkan, bagaimana caranya mereka menghadapi kehidupan ini. Kalau mereka masih mempunyai sanak keluarga yang mampu, mereka dapat membantu menghidupi keperluan hidupnya. Tetapi, bagi mereka yang sudah tidak mempunyai sanak keluarga yang mampu, anggota masyarakat seluruhnyalah yang menjadi harapannya. Untuk itu, umat Islam berkewajiban mengeluarkan sebagian dari haratanya sebagai zakat untuk mencukupi keperluan hidup mereka. Adapun bagi orang Islam yang mempunyai sedikit kelebihan dari keperluan hidupnya sehari-hari dapat membantunya dengan sedikit sesuai dengan kemampuannya.
2.      Akhlak terhadap tetangga
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian saudara ataupun pertalian darah, bahkan mungkin tidak seagama dengan kita.
3.      Akhlak terhadap orang yang berbeda agama
Agama Islam adalah agama perdamaian, artinya Islam melarang umatnya mencari lawan, karena mencari lawan merupakan perbuatan yang tertcela yang dilarang agama. Dalam hal ini keyakinan kita harus berbeda, tetapi dalam kemasyarakatan kita harus bersatu untuk menjaga kerukunan bersama.
D.    Akhlak Terpuji Kepada Allah
a.      Pengertian Akhlak Terpuji Kepada Allah
Akhlak terpuji disebut juga akhlak mahmudah. Islam mengjarkan , berakhlak terpuji tidak hanya berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga terhadap Allah SWT. sebagai Zat Yang Maha Pencipta. Akhlak terpuji kepada Allah adalah suatu sikap atau perilaku terpuji yang hanya ditujukan kepada Allah SWT. sebagai hamba ciptaan Allah kita wajib berperilaku terpuji kepada Allah. Hal ini wujud rasa terima kasih atau bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan manusia dengan segala kelengkapan dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
b.      Macam-macam Akhlak Terpuji Kepada Allah
1.      Ikhlas
Ikhlas adalah melakukan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata hanya karena Allah SWT.. Orang yang berbuat ikhlas tidak mengharapkan balas jasa atau pujian dari orang lain kecuali hanya mengharap rida dari Allah SWT.. Orang yang beramal secara ikhlas disebut mukhlis.
Dampak positif dari perbuatan ikhlas adalah sebagai berikut:
1)      Memperoleh pahala yang besar dari Allah SWT.
2)      Memperoleh kepuasan batin karena merasa bahwa kebaikan yang dilakukan sesuai dengan perintah Allah SWT.
3)      Merasa lebih dekat dengan Allah,karena amalnya diterima oleh Allah SWT.
Ada beberapa upaya untuk membiasakan sifat ikhlas antara lain:
1)      Melatih diri untuk beramal baik saat tidak dilihat oleh orang lain.
2)      Tidak merasa kecewa apabila perbuatan baiknya diremehkan orang lain.
3)      Melatih diri agar tidak merasa bangga jika perbuatan baiknya dipuji orang.
4)      Tidak suka memuji perbuatan baik yang dilakukan seseorang karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi riya.
2.      Taat
Taat menurut bahasa berarti tunduk, patuh, dan setia. Adapun taat dalam berakhlak terpuji kepada Allah ialah tunduk, patuh, dan setia kepada Allah SWT dan Rasul-nya baik dalam bentuk pelaksanaan perintah maupun meninggalkan larangannya.
Orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya tentu akan memperoleh dampak positif dari dirinya, antara lain sebagai berikut:
1)      Memperoleh rida dari Allah SWT, karena mampu menaati perintah-nya dan menjauhi larangan-nya.
2)      Memperoleh kepuasan batin karena telah mampu melaksanakan salah satu kewajibannya kepada Allah dan Rasul-nya.
3)      Memperoleh kemenangan dan keberuntungan yang besar sesuai firman Allah SWT dalam Q,S, An-nisa: 13 yang artinya:
Artinya:
“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar”.
(Q,S, An-nisa: 13 )

Doa bacaan dan Rukun khatib jumat

[DOA] bacaan dan Rukun khatib jumat

Posting : Hilmi Husada

Tata cara pelaksanaan shalat Jum’at, yaitu :
1. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.

Adapun rukun khutbah Jumat paling tidak ada lima perkara.
1. Rukun Pertama: Hamdalah

Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua.

Contoh bacaan:


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu

2. Rukun Kedua: Shalawat kepada Nabi SAW
Shalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada kata shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.

Contoh bacaan:


اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin.

3. Rukun Ketiga: Washiyat untuk Taqwa
Yang dimaksud dengan washiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran untuk bertakwa atau takut kepada Allah SWT. Dan menurut Az-Zayadi, washiyat ini adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk mengerjakan perintah Allah. Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah.
Lafadznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian kepada Allah”. Atau kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.

Contoh bacaan:


يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun

Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.
4. Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Quran pada salah satunya
Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan Al-Quran bila sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.

Contoh bacaan:


فَاسْتبَقُِوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ

Fastabiqul khairooti ayna maa takuunuu ya’ tinikumullahu jamii’an innallaaha ‘alaa kulli syaiin qodiiru (QS. Al-Baqarah, 2 : 148)


أَمّا بَعْدُ

ammaa ba’du..

Selanjutnya berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah agar selalu dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, lalu mulai berkhutbah sesuai topiknya.
Memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun, atau ma’asyiral muslimin rahimakumullah, atau “sidang jum’at yang dirahmati Allah”.

……. isi khutbah pertama ………

Setelah di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat.

Contoh bacaan:


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.

Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat secara perlahan.
Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan bacaaan hamdallah dan diikuti dengan shalawat.

Contoh bacaan:


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد,

Innal hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.
Ammaa ba’ad..

Selanjutnya di isi dengan khutbah baik berupa ringkasan, maupun hal-hal terkait dengan tema/isi khutbah pada khutbah pertama yang berupa washiyat taqwa.

……. isi khutbah kedua ………

5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat . Atau kalimat Allahumma ajirna minannar .

Contoh bacaan do’a penutup:


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Selanjutnya khatib turun dari mimbar yang langsung diikuti dengan iqamat untuk memulai shalat jum’at. Shalat jum’at dapat dilakukan dengan membaca surat al a’laa dan al ghasyiyyah, atau surat bisa juga surat al jum’ah, al kahfi atau yang lainnya.

Demikian bacaan khutbah semoga bermanfaat bagi kita semua.

Riset Pengucapan ALLAH untuk Penyembuhan

Dalam sebuah penelitian di Belanda yang dilakukan oleh seorang profesor psycologist yang bernama Vander Hoven [ VH ], dimana telah mengadakan sebuah survey terhadap pasien di rumah sakit Belanda yg kesemuanya non muslim selama tiga tahun. Dalam penelitian tersebut VH melatih para pasien untuk mengucapkan kata ALLAH  [penyebutan sesuai cara Islam] dengan jelas dan berulang-ulang.
Hasil dari penelitian tersebut sangat mengejutkan, terutama sekali untuk pasien yang mengalami gangguan pada fungsi hati dan orang yang mengalami stress / ketegangan [ tension ]. AL Watan, surat kabar Saudi sebagaimana telah mengutip dari peryaRata Penuhtaan profesor VH tsb, yang mengatakan bahwa seorang muslim yang biasa membaca Al-Qur’an secara rutin dapat melindungi mereka dari penyakit mental dan penyakit-penyakit yang ada hubungannya [psychological diseases].
VH juga menerangkan bagaimana pengucapan kata ALLAH tsb sebagai solusi dari kesehatan , ia menekankan dalam penelitiannya bahwa huruf pertama dalam ALLAH yaitu ‘A’ dapat melonggarkan [ melancarkan ] pada jalur pernafasan [espiratory system ], dan mengontrol pernafasan [controls breathing ].dan untuk huruf konsonan ‘ L ‘ dimana lidah menyentuh bagian atas rahang dapat memberikan efek relax, juga VH menambahkan bahwa huruf ‘ H ‘ pada ALLAH tsb dapat menghubungkan antara Paru-paru dan Jantung dimana dapat mengontrol system dari denyut jantung [ heart beat ].
Subhanallah, sungguh luar biasa kebesaran Allah SWT ini, dimana penelitian yang dilakukan oleh seorang profesor non muslim yang tertarik dan meneliti akan rahasia Al-Qur’an ini sangat mengejutkan para ahli kesehatan di Belanda.
Sumber: http://www.kebunhikmah.com | ebook hilman muchin|4share
Posting : Hilmi Husada

Krisis Militansi Pemuda Islam

Apalah artinya suatu masyarakat, tanpa peranan para pemuda? Bagaimana agama akan tegak berdiri menatap segala tantangan, tanpa peranan pemuda? Mungkinkah Islam akan sampai ke hadapan kita, tanpa peranan pemuda? Betapa besar posisi para pemuda dalam kebangkitan. Tidak ada khilaf lagi.

Kalau ingin melihat masa depan sebuah masyarakat; kalau mau melihat masa depan sebuah bangsa; kalau mau menyaksikan eksistensi agama di masa nanti; kalau mau menyaksikan kemegahan sebuah peradaban; lihatlah semua itu dengan parameter keadaan para pemuda di hari ini. Bagaimana keadaan mereka? Menggembirakankah atau sangat mengecewakan?

Pemuda memiliki sifat istimewa dibandingkan generasi-generasi lainnya, yaitu MILITANSI-nya. Mereka bersemangat besar dalam beramal; mereka memiliki fitrah bersih untuk menolong kebenaran dan membela keadilan; mereka memiliki kekuatan berkorban, tanpa pamrih; mereka memiliki ketulusan hati, tidak dikotori oleh kepentingan-kepentingan sempit, baik uang, wanita, atau kekuasaan. Justru, sifat-sifat baik inilah yang selalu dilekatkan kepada para pemuda. Mereka disebut pemuda karena memiliki militansi tinggi, rasa pengorbanan kuat, optimisme menyala-nyala, serta ruh kebangkitan mengharukan.

Militansi tidak identik dengan aksi-aksi serangan bom disana-sini, atas nama jihad melawan Amerika. Militansi juga tidak selalu diterjemahkan sebagai kemampuan konflik, terlibat battle, sampai berdarah-darah. Militansi adalah kesiapan diri bekerja dan berkorban membela kebenaran yang diyakini. Militansi dalam Islam bisa dimaknai sebagai MUJAHADAH.

Contoh amal-amal yang mencerminkan militansi seorang Muslim, misalnya:

[o] Datang ke Masjid untuk mengajar Al Qur’an kepada anak-anak, meskipun jarak cukup jauh, meskipun hari sedang hujan, meskipun saat tiba di Masjid tidak ada satu pun anak yang dijumpainya.

[o] Pulang dari Masjid sambil telanjang kaki, karena sandal yang dipakainya diambil orang, dengan tidak ada niatan dalam hati untuk mengambil sandal orang lain.

[o] Menyerahkan sisa uang di tangan untuk orang lain yang sangat membutuhkan, meskipun dirinya sendiri juga membutuhkan.

[o] Tidak malu berjualan kalender di pinggir jalan raya, untuk mengumpulkan dana bagi rumah perlindungan anak yatim.

[o] Mengendarai motor dalam keadaan hujan deras, demi meyampaikan bulletin ke tangan pembaca, sesuai jadwal terbitnya.

[o] Menempuh perjalanan berkilo-kilo meter sambil jalan kaki, untuk menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat.

[o] Menyelesaikan tugas yang diamanahkan, meskipun harus bergadang sepanjang malam, sambil tubuh terhuyung-huyung menahan kantuk.

[o] Menepati janji, mengingat-ingat janji, sekalipun untuk hal-hal yang kecil.

[o] Tekun dan sabar menjalankan tugas yang berulang-ulang, meskipun hanya berupa menyapu lantai Masjid setiap sore hari. (Bukan kecilnya pekerjaan yang dilihat, tetapi konsistensinya mengerjakan tugas itu).

[o] Menolak pekerjaan yang mengkhianati Ummat. Atau menolak menerima suap, meskipun resikonya harus keluar meninggalkan pekerjaan.

[o] Berani meninggalkan penghasilan besar, demi terjun dalam urusan-urusan pelayanan Ummat. Dan tidak menangisi hilangnya penghasilan itu, ketika suatu hari hidupnya terpuruk dalam kesulitan.

[o] Bersikap solider kepada sahabat. Tidak menciderai hak-hak sahabat, menolongnya dalam kesusahan, menemaninya dalam keterasingan, menghiburnya dalam kesedihan. Berani mengakhirkan kepentingan diri demi kebaikan sahabat.

[o] Berani melindungi kehormatan Islam, ketika ada yang terang-terangan meghina simbol-simbol syi’ar Islam.

[o] Mengorbankan uang yang dimiliki untuk kepentingan Islam, dengan tidak mengingat-ingat kembali pengorbanan itu.

[o] Teguh menjaga amanah-amanah Ummat, sekalipun mengalami berbagai kesulitan dalam menjaga amanah tersebut.

[o] Membela hak hidup seorang Muslim yang terancam bahaya, meskipun jiwanya sendiri terancam.

[o] Menjaga kehormatan wanita, tidak menghinakannya, meskipun dengan cara-cara yang diminta sendiri oleh wanita itu.

[o] Berani membela orang-orang yang terzhalimi, sekalipun berhadapan dengan jaringan “mafia” yang memiliki kekuatan besar.

[o] Menghormati kaum tua, bersikap sopan kepada mereka, tidak merendahkan mereka, meskipun dirinya di atas kebenaran. (Kecuali kepada kaum tua yang telah terkenal kezhaliman dan kesesatannya).

[o] Jelas dalam meyakini suatu pendapat, terbuka dalam berdiskusi, berani mengakui kesalahan diri, serta tidak menzhalimi orang-orang lemah.

Al Qur’an menggambarkan militansi seorang pemuda, yaitu Nabi Yahya عليه السّلا م. Beliau tidak gentar menghadapi para tiran, meskipun resikonya adalah kematian. Beliau lembut hati, sehingga dicintai para makhluk, termasuk binatang-binatang. Begitu juga dengan pemuda-pemuda Al Kahfi. Mereka adalah orang-orang terpandang di kaumnya, namun rela meninggalkan gemerlap kehidupan demi membela keyakinan. Abu Bakar, Umar, Ali, Ibnu Mas’ud, Mush’ab, Sa’ad, dll.رضي الله عنهم adalah para pemuda Mukmin yang tangguh di awal Islam. Mereka menjadi pilar kebangkitan agama ini.

Teringat ungkapan heroik dari seorang tokoh dakwah di Mesir. Beliau rahimahullah pernah mengatakan, “Datangkan kepadaku 5 orang pemuda Islam yang tangguh, maka dengan mereka aku akan menaklukkan dunia!”

Namun Saudaraku… Namun saat memandang realitas masa kini, kita seperti terpana. Kita seperti memandang sesuatu yang menakjubkan.

Saat menyaksikan wajah pemuda-pemuda Islam jaman sekarang, seketika hati kita diliputi berbagai kesedihan. Dada bergemuruh menahan beban kecemasan besar. Lisan pun tak henti-hentinya mengucapkan…astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah al ‘Azhim.

Ya Allah ya Rabbi, harapan kepada para pemuda itu begitu tingginya, tetapi kehidupan mereka sangat jauh. Mereka bukan hanya tidak mengenal kata militansi; bahkan mereka telah menjadi bagian terbesar dari budaya hedonisme yang merajalela saat ini. (Di dunia hedonisme, tidak dikenal istilah Tuhan. Tuhan mereka adalah kesenangan itu sendiri). Para pemuda telah memindahkan kata militansi dari kamus perjuangan dipindah ke kamus budaya permissif. Mereka ridha menjadi hamba hedonisme. Mereka rela menjadi sekrup-skrup mesin Kapitalisme, dengan segala loyalitas dan kemampuan yang dimiliki. Allahu Akbar!!!

Pemuda-pemuda hari ini bertingkah sangat mengecewakan. Mereka berbangga dengan bedak, lotion, cream, SPA, dan perawatan salon. Dari kaki sampai ujung rambut, mereka senang memamerkan merk-merk terkenal. Tubuhnya selalu wangi, berbangga dengan bilangan jumlah mandi setiap setiap hari. Mereka muntah mencium aroma keringat dari medan perjuangan. Mereka mengejek pakaian sederhana, meremehkan sandal jepit, membuang muka dari rambut kusut. Justru para pemuda itu menjadikan para banci sebagai idola. Takut melihat ular. Selalu mencari aman. Tidak mau menetes keringatnya, karena takut kehilangan “kecantikan”.

Potret Pemuda Masa Kini. Sebagian Besar Muslim.

Pemuda di hari ini menghabiskan waktunya untuk urusan-urusan yang tidak jelas. Di setiap sakunya ada HP, dengan merk berbeda-beda. Sangat hobi berfoto-foto, untuk menampakkan kegenitan diri. Tiada hari tanpa SMS romantis; tiada hari tanpa “taushiyah” berujung cinta; tiada hari tanpa meng-up date status di facebook; tiada hari tanpa diskusi sia-sia di forum internet (diskusi tanpa hasil, tanpa perubahan); tiada hari tanpa menghabiskan umur percuma.

Saat pagi mereka bangun, komik, novel romantis, dan majalah life style sudah menanti. Saat Dhuha sebelum keluar rumah, mereka berpantas-pantas diri di depan cermin, lebih satu jam. Saat siang bertemu kawan-kawan, segala obrolan tentang kesenangan dan menghabiskan umur, habis mereka telan. Saat sore, ketika mulai lelah, mereka buka media-media pornografi. Saat petang menjelang malam, nongkorng di kafe-kafe. Saat malam telah sempurna, mereka berduyun-duyun mendatangi arena-arena konser musik. Saat merebahkan badan di tempat tidur, mereka berfantasi hal-hal yang mesum. Ketika pagi bangun kembali, mereka siap mengulang-ulang “ibadah hedonisme” seperti itu.

Pemuda hari ini rupanya akan segera meniti jejak pemuda-pemuda sebelumnya. Mereka hidup, berjalan-jalan kesana-kemari sebagai raga tanpa jiwa, sebagai diri tanpa missi, sebagai hidup tanpa karya. Mereka hendak meniti sunnah orang-orang hina, menjalani hidup sekedar menghabiskan umur. Pembicaraan manusia seperti itu tidak lepas dari 3 urusan saja: cari uang, makan-minum, dan bersenang-senang. Dirinya dianugerahi kebaikan yang luas, tetapi disia-siakan. Masya Allah.

Pemuda hari ini bukanlah pemuda yang memiliki missi besar, yang berpandangan jauh ke depan, yang bertanggung-jawab memikul amanah peradaban Islam, yang siap meletakkan hidupnya sebagai sebuah bata di antara ribuan bata konstruksi kehidupan Islami. Pemuda hari ini bukanlah mereka yang berjalan meniti lintasan perjuangan para pendahulu Salaf yang shaleh. Mereka justru terkurung dalam penjara-penjara budaya syahwat yang diciptakan Yahudi. Mereka terpenjara dalam lautan hedonisme yang melemahkan iman dan merusak moral.

Keadaan yang lebih ironis, di antara pemuda itu ada yang “menghedonisasi” (terinspirasi dari istilah “kriminalisasi”) simbol-simbol perjuangan. Mereka berteriak tentang jihad, mengupas syiar peperangan, meng-capture aksi para mujahidin, membawa simbol-simbol para martir, dll. Tetapi semua itu sekedar kendaraan untuk bersenang-senang, sekedar alat untuk menghabiskan umur. Atau sekedar simbol untuk meraih gengsi tertentu di mata manusia yang lain. Adapun nilai perjuangan mereka sendiri, hampir tidak ada. Maklum, sebagian besar amal mereka geluti hanyalah having funs (bersenang-senang) atas nama kemuliaan para mujahidin.

Dalam kesepian jiwanya, di pojok kehampaan hidupnya, para pemuda itu bersenandung, “Ya, aku suka berjuang, aku militan, aku pembela keadilan. Tetapi aku lebih suka berjuang bersama akhwat, misalnya melalui SMS, chatting, e-mail, diskusi di internet, atau rapat bersama mereka sampai larut malam. Aku lebih enjoy berjihad bersama akhwat. Mereka memicu semangatku, membuatku termotivasi belajar, untuk mengejar nilai tinggi, serta mempersiapkan karier yang cemerlang. Inilah inti perjuanganku, inilah jihadku, demi mencapai Ridha Allah, demi fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah, waqina adzaban naar. Ya Allah ya Rabbi, semoga nanti karierku bagus, moga-moga bisa jadi anggota dewan, atau dipanggil jadi Menteri, buat membahagiakan ayah-ibuku, kakak-adikku, tante-tanteku. Jadi idola para akhwat, so pasti. Ya Allah ya Rasulullah, amin, amin, amin. Akhirnya, mari bersama-sama kita membaca Al Fatihah: ‘Audzubillah…”

Ngenes, ngenes, ngenes sekali… Sejauh itukah keadaan para pemuda kita? Hanya kepada Allah kita berharap karunia dan menyandarkan pertolongan.

Betapa sulit saat ini mencari pemuda Islam yang militan. Kebanyakan pemuda telah terkurung dalam penjara-penjara hedonisme yang diciptakan Yahudi, baik mereka sadari atau tidak. Yahudi sangat mengenal tabiat mereka, meneliti relung-relung kepribadiannya sampai sedemikian mendalam. Kemudian Yahudi sukses menciptakan segala macam mainan (games) untuk menyibukkan pemuda-pemuda itu. Tanpa disadari, Yahudi laknatullah menggiring para pemuda itu dalam keadaan tangan dan kakinya diborgol, lehernya terikat, kepalanya diber nomer, mereke berjalan tertunduk lesu; menuju liang-liang penjara kehidupan. Dalam keseharian, para pemuda itu tampak hidup bebas lepas, tanpa kendali. Padahal sebenarnya jiwa mereka terkurung oleh penjara-penjara maya (invisible jails).

Selagi para pemuda itu tidak mau keluar dari dunia hedonismenya… Selagi mereka terus menghabiskan umur percuma… Selagi mereka tidak menyadari life style yang diciptakan Yahudi… Selagi mereka anti militansi untuk membela Islam… Selagi mereka menjalani hidup sebagai manusia-manusia tanpa jiwa… Maka akibatnya, suramlah masa depan Islam, suram nasib kehidupan manusia, bahkan suram juga masa depan mereka sendiri.

Tulisan ini sengaja ditulis, sebagai “BOM” untuk meledakkan penjara-penjara maya yang mencengkram akal para pemuda Islam. Mohon dimaafkan bila ada kalimat-kalimat yang tidak berkenan di hati. إن أريد إلا ألصلح ما إستطعت (tidaklah yang aku kehendaki melainkan melakukan perbaikan, sekuat kesanggupanku).

Bukan hanya Islam yang membutuhkan militansi para pemudanya. Ideologi apapun juga membutuhkan militansi pemuda, agar tetap eksis. Bahkan Yahudi bisa “mencengkram dunia”, juga karena militansi. Maka bangkitkan militansimu, untuk membela agamamu! Saat ini, atau tidak sama sekali!

Alhamdulillah Rabbil ‘alamiin, wallahu A’lam bisshawaab.

Sumber : Dari Catatan Seorang teman di salah satu jejaring sosial.

Posting : Hilmi Husada

Wewenang dan Tanggung Jawab

BIDANG PEMBINAAN APARATUR ORGANISASI (PAO)

HMI CABANG TASIKMALAYA

Hilmi Husada

Kabid PAO 2012 -2013

Ketua Bidang Bembinaan Aparat Organisasi (PAO) adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan pembinaan anggota pada tingkat Cabang.

Wewenang dan Tanggung Jawab

1.   Menyelenggarakan upaya-upaya terbentuknya sikap dan disiplin aparat terhadap seluruh ketentuan organisasi.

2.   Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penyusunan data perkembangan aparat secara teratur.

3.   Mendorong terciptanya mekanisme organisasi secara sehat dinamis serta memberikan ruang gerak yang  komprehensif terhadap perkembangan aparat organisasi di seluruh Indonesia.

4.   Melakukan standardisasi dan akreditasi kelayakan struktur HMI dari tingkat Pengurus Cabang hingga Komisariat.

5.   Melakukan kegiatan lainnya yang dapat menunjang peningkatan dan pengembangan potensi serta kualitas organisasi.

Rasionalisasi

  • Selain Menetapkan dan meng-Skkan Struktur yang Ada diwilayah Kerja Cabang Tasikmalaya.
  • Diharapakan Semua Komponen Pengurus seluruh Kerja Cabang Tasikmalaya Mampu Memahami isi,tujuan Konstitusi. yang sesuai dengan Hasil ketetapan kongres dengan cara mengadakan  Up Grading Kepengurusan.
  • Melakukan Kontrol dan Pengawasan Kinerja Pengurus Cabang dan Pengurus Komisariat se-Wilayah Kerja cabang Tasikmalaya.
  • Melakukan Kontrol dan pengawasan terhadap anggota komisariat.
  • Melaksanakan Akreditasi Kelayakan Akreditasi sebagai suatu mekanisme pemaksa dalam suatu evaluasi merupakan upaya yang didorong oleh keinginan memberikan motivasi yang lebih tinggi terhadap pengelola perkaderan. Akreditasi ini diperuntukkan kepada Komisariat sebagai institusi yang secara langsung melaksanakan proses perkaderan.

 

 

 

Akreditasi sebagai suatu mekanisme pemaksa dalam suatu evaluasi merupakan upaya yang didorong oleh keinginan memberikan motivasi yang lebih tinggi. terhadap pengelola perkaderan. Akreditasi ini diperuntukkan kepada Komisariat sebagai institusi yang secara langsung melaksanakan proses perkaderan. Di samping itu akreditasi berfungsi juga untuk memetakan penerapan pedoman perkaderan yang dilaksanakan seluruh Cabang. Dalam hal ini akreditasi yang dilakukan adalah bentuk laporan periodik Komisariat  pada Cabang HMI diwilayah HMI Cabang Tasikmalaya.

Adapun akreditasi meliputi :

1. Laporan triwulan pelaksanaan training.

2. Frekuensi latihan :

a. LK I minimal 1 kali dalam satu Periode kepengurusan.

b. Up grading dan pelatihan minimal empat kali dalam satu periode.

3. Aktivitas pembinaan minimal satu kali dalam satu bulan

4. Laporan aktivitas pembinaan :

a. Bentuk kegiatan.

b. Tingkat partisipasi.

V. SANKSI

Apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, Komisariat  tidak dibenarkan

mengikuti dan mengelola kegiatan perkaderan atas nama HMI.

https://d19tqk5t6qcjac.cloudfront.net/i/412.html

By Hilmi Husada Dikirimkan di HMI

Perspektif Kepemimpinan Dalam Islam

Perspektif Kepemimpinan Dalam Islam

Di dalam konsep (manhaj) Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat final dan fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama’ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan ummatnya kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan ummat dengan iringan ridho Allah (Qs. 2 : 207).

Dalam bangunan masyarakat Islami, pemimpin berada pada posisi yang menentukan terhadap perjalanan ummatnya. Apabila sebuah jama’ah memiliki seorang pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan dan pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan perjalanan ummatnya akan mencapai titik keberhasilan. Dan sebaliknya, manakala suatu jama’ah dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik dalam hal keilmuan, manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan nilai tanggung jawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama’ah akan mengalami kemunduran, dan bahkan mengalami kehancuran (Qs. 17 : 16)

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (kaum elit dan konglomerat) di negeri itu (untuk menaati Allah), akan tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnyalah berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Qs. 17 : 16)

Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi yang sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (Qs. 34 : 15), yaitu masyarakat Islami yang dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya kepemimpinan atau imam dalam sebuah jama’ah atau kelompok, sampai-sampai Rasulullah bersabda yang maksudnya:

“Apabila kamu mengadakan perjalanan secara berkelompok, maka tunjuklah salah satunya sebagai imam (pemimpin perjalanan).”

Demikian juga jika kita lihat dalam sejarah Islam (Tarikh Islam) mengenai pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan ummat muslim. Kita lihat dalam sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para shahabat segera mengadakan musyawarah untuk menentukan seorang khalifah. Hingga jenazah Rasulullah pun harus tertunda penguburanya selama tiga hari. Para shahabat ketika itu lebih mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran akan terjadinya ikhlilaf (perpecahan) di kalangan ummat muslim kala itu. Hingga akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah saw. wafat.

Dalam perspektif Islam, ada beberapa komponen yang menjadi persyaratan terwujudnya masyarakat Islami, yaitu :

  • Adanya wilayah teritorial yang kondusif (al-bi’ah, al-quro)
  • Adanya ummat (al-ummah)
  • Adanya syari’at atau aturan (asy-syari’ah)
  • Adanya pemimpin (al-imamah, amirul ummah)
  • Pemimpin pun menjadi salah satu pilar penting dalam upaya kebangkitan ummat.
  • Islam yang telah dikenal memiliki minhajul hayat (konsep hidup) paling teratur dan sempurna dibandingkan konsep-konsep buatan dan olahan hasil rekayasa dan imajinasi otak manusia, telah menunjukkan nilainya yang universal dan dinamis dalam penyatuan seluruh komponen ummat (Qs. 21 : 92).

Ada empat pilar kebangkitan ummat, yang kesemuanya saling menopang dan melengkapi, yaitu :

  • Keadilan para pemimpin (umaro)
  • Ilmunya para ‘ulama
  • Kedermawanan para aghniya (orang kaya)
  • Do’anya orang-orang faqir (miskin)
  • Definisi Pemimpin

Ada beberapa istilah yang mengarah kepada pengertian pemimpin, diantaranya :

  • Umaro atau ulil amri yang bermakna pemimpin negara (pemerintah)
  • Amirul ummah yang bermakna pemimpin (amir) ummat.
  • Al-Qiyadah yang bermakna ketua atau pimpinan kelompok
  • Al-Mas’uliyah yang bermakna penanggung jawab.
  • Khadimul ummah yang bermakna pelayan ummat

Dari beberapa istilah tadi, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan ummat, baik dalam lingkup jama’ah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan ummatnya, bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi (ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashobiyah).

Kriteria dalam Menentukan Pemimpin

Jika kita menyimak terhadap perjalanan siroh nabawiyah (sejarah nabi-nabi) dan berdasarkan petunjuk Al-Qur’an (Qs. 39 : 23) dan Al-Hadits (Qs. 49 : 7), maka kita dapat menyimpulkan secara garis besar beberapa kriteria dalam menentukan pemimpin.

Beberapa faktor yang menjadi kriteria yang bersifat general dan spesifik dalam menentukan pemimpin tersebut adalah antara lain :

a. Faktor Keulamaan

– Dalam Qs. 35 : 28, Allah menerangkan bahwa diantara hamba-hamba Allah, yang paling takut adalah al-‘ulama. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pemimpin tersebut memiliki kriteria keulamaan, maka dia akan selalu menyandarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan wahyu (Al-Qur’an). Dia takut untuk melakukan kesalahan dan berbuat maksiat kepada Allah.

– Berdasarkan Qs. 49 : 1, maka ia tidak akan gegabah dan membantah atau mendahului ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam pengambilan keputusan, ia selalu merujuk kepada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits.

– Berdasarkan Qs. 29 : 49, maka seorang pemimpin yang berkriteria ulama, haruslah memiliki keilmuan yang dalam di dalam dadanya (fii shudur). Ia selalu menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya berdasarkan sandaran ilmu.

– Berdasarkan Qs. 16 : 43, maka seorang pemimpin haruslah ahlu adz-dzikri (ahli dzikir) yaitu orang yang dapat dijadikan rujukan dalam menjawab berbagai macam problema ummat.

b. Faktor Intelektual (Kecerdasan)

– Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).

– Dalam hadits Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas r.a, bersabda :

“Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai dirinya dan beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh (al-‘ajiz) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai berangan-angan atas Allah dengan segala angan-angan.” (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)

Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan tidak mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih mengutamakan hujjah Al-Qur’an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu dan keinginan-nya. Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan.

– Berdasarkan Qs. 10 : 55, mengandung arti bahwa dalam mengambil dan mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas (kafa’ah) yang dimiliki (Qs. 4 : 58).

– Rasulullah berpesan : “Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”

c. Faktor Kepeloporan

– Berdasarkan Qs. 39 : 12, maka seorang pemimpin haruslah memiliki sifat kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan (pioneer) dalam memerankan perintah Islam.

– Berdasarkan Qs. 35 : 32, maka seorang pemimpin haruslah berada pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan (sabiqun bil khoiroti bi idznillah)

– Berdasarkan Qs. 6 : 135, maka seorang pemimpin tidak hanya ahli di bidang penyusunan konsep dan strategi (konseptor), tetapi haruslah juga orang yang memiliki karakter sebagai pekerja (operator). Orang yang tidak hanya pandai bicara, tetapi juga pandai bekerja.

– Berdasarkan Qs. 6 : 162 – 163, maka seorang pemimpin haruslah orang yang tawajjuh kepada Allah. Menyadari bahwa semua yang berkaitan dengan dirinya, adalah milik dan untuk Allah. Sehingga ia tidak akan menyekutukan Allah, dan selalu berupaya untuk mencari ridho Allah (Qs. 2 : 207)

– Berdasarkan Qs. 3 : 110, sebagai khoiru ummah (manusia subjek) maka seorang pemimpin haruslah orang yang selalu menyeru kepada yang ma’ruf, mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan senantiasa beriman kepada Allah.

d. Faktor Keteladanan

– Seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dsb.

– Berdasarkan Qs. 33 : 21, maka seorang pemimpin haruslah menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Sehingga, meskipun tidak akan mencapai titik kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang baik layaknya Rasulullah.

– Berdasarkan Qs. 68 : 4, maka seorang pemimpin haruslah memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu membawa perubahan dan perbaikan dalam kehidupan sosial masyarakat.

– Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan. Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa, tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan membawa kerusakan (fasada) dan kehancuran.

e. Faktor Manajerial (Management)

– Berdasarkan Qs. 61 : 4, maka seorang pemimpin haruslah memahami ilmu manajerial (meskipun pada standar yang minim). Memahami manajemen kepemimpinan, perencanaan, administrasi, distribusi keanggotaan, dsb.

– Seorang pemimpin harus mampu menciptakan keserasian, keselarasan, dan kerapian manajerial lembaganya (tandhim), baik aturan-aturan yang bersifat mengikat, kemampuan anggota, pencapaian hasil, serta parameter-parameter lainnya.

– Dengan kemampuan ini, maka akan tercipta tanasuq (keteraturan), tawazun (keseimbangan), yang kesemuanya bermuara pada takamul (komprehensif) secara keseluruhan.

Oleh karena itu, mari kita lebih berhati-hati dalam menentukan imam atau pemimpin kita. Karena apapun akibat yang dilakukannya, maka kita pun akan turut bertanggung jawab terhadapnya. Jika kepemimpinannya baik, maka kita akan merasakan nikmatnya. Sebaliknya, apabila kepemimpinannya buruk, maka kita pun akan merasakan kerusakan dan kehancurannya. Wallahu a’lam bish-showwab

(Sumber : Al Qur’an Al Karim)

“Al Haqqu min robbika, fala takuu nanna minal mumtariin”

Sumber : Cipto Sudarmo

Posting : Hilmi Husada

MATERI KONSTITUSI HMI LK 1

KONSTITUSI HMI

Oleh: Hilmi Husada

Ketua Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi (PAO)

HMI Cabang Tasikmalaya

Pengantar Hukum

Lahirnya  hukum muncul sejak adanya peradaban manusia (adam & hawa = putraperadaban manusia (adam & hawa = putramereka habel dibunuh kakaknya)mereka habel dibunuh kakaknya) m.t. cicero (106-45 sm)m.t. cicero (106-45 sm)

Secara Umum Pengertian Filsafat adalah Ilmu pengetahuan yang ingin mencapai hakikat kebenaran yang asli dengan ciri-ciri pemikiran yang rasional, metodis, sistematis, koheren, integral, baik yang bersifat inderawi maupun non inderawi.

Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum

Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintahperintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah/ penguasa. Untuk lebih memudahkan batasan pengertian hukum, perlu kalian ketahui unsur-unsur dan ciri-ciri hukum, yaitu:
Unsur-unsur hukum di antaranya ialah:
1) Peraturan mengenai tingkah laku dalam pergaulan masyarakat;
2) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
3) Peraturan itu pada umumnya bersifat memaksa, dan
4) Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.Ciri-ciri hukum yaitu:
1) Adanya perintah dan/atau larangan
2) Perintah dan/atau larangan itu harus ditaati setiap orang

unsur utama dalam hukum : ketertiban, ketertiban, keadilan, kepastian hukum keadilan, kepastian tanpa hukum peradaban manusia telah tanpa hukum peradaban manusia telah lama musnah lama musnah without what will happen to the law without  juris prudence ? (mccoubrey & white) jurisprudence? (mccoubrey & white)

 

 

Konstitusi.

Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi yang menjadi dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang dibawahnya dalam suatu organisasi/negara.

Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan dasar dan ketentuan hukum untuk menjalankan suatu organisasi yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota organisasi.

Pentingnya Konstitusi dan Arti Pentingnya Dalam Organisasi

Konstitusi secara sederhana menurut Prof. Dr. Seotandjo Wignjosoebroto, MPA (dalam buku Konstitusionalisme peran DPR dan Judicial Review terbitan YLBHI dan JARIM) mennjelaskan bahwa “Sejumlah ketentuan hukum yang disusun secara sistematik untuk menata dan mengatur pada pokok-pokoknya struktur dan fungsi lembaga-lembaga pemerintah, termasuk dalam hal ihkwal kewenangan dan batas kewenangan lembaga-lembaga itu” Konstitusi secara singkat juga dapa diartikan sebagai “suatu peraturan/landasan hukum yang di gunakan dalam perjalanan suatu aktifitas keorganisasian untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Konstitusi penting artinya dalam organisasi, konstitusi dapat diibaratkan sebagai petunjuk jalan / arah dalam perjalanan organisasi atau sebagai pegangan organisasi dalam melangkah”.

Konstitusi : – Aturan pokok

– Hukum pokok

Qur’an & Hadist                        Islam

Pancasila & UUD 1945          Indonesia

AD/ART                                    Organisasi

  • Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang biasa disingkat AD/ART merupakan landasan operasional dalam menjalankan suatu organisasi/ usaha, untuk mencapai visi, misi, tujuan.Yang berfungsi untuk menggambarkan mekanisme kerja suatu organisasi.juga sebagai DASAR pengambilan sumber peraturan / hukum dalam konteks tertentu dalam organisasi.
  • Anggaran Rumah Tangga berfungsi menerangkan hal-hal yang belum spesifik pada Anggaran Dasar atau yang tidak diterangkan dalam Anggaran Dasar,Karena Anggaran Dasar hanya mengemukakan pokok-pokok mekanisme organisasi saja. Yang merupakan perincian pelaksanaan AD .

Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah, tindakan dan piagam (sebagai dasar pijakan) :

  1. Bentuknya : Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi yang berlaku dalam suatu organisasi/negara.
  2. Isinya : Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya tidak semua masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersifat pokok, dasar atau azas-azasnya saja.
  3. 3.      Sifatnya : Universal, Fleksibel,Luwes

Piagam Madinah (Untuk perbandingan)

Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran

  1. Monotheisme Konsep tauhid terdapat dalam Mukadimmah, pasal 22, 23, 42 dan akhir pasal 47
  2. Persatuan dan kesatuan Terdapat dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37
  3. Persamaan dan keadilan Terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, dan 40
  4. Kebebasan beragama Terdapat pada pasal 25
  5. Bela Negara Tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
  6. Pelestarian adat yang baik Terdapat dalam pasal 2 – 10. Adat yang dipertahankan seperti gotongroyong, pembayaran diat dan tebusan tawanan.
  7. A.    Ruang Lingkup Konstitusi HMI
  8. a.      Mukadimmah

RUANG LINGKUP KONSTITUSI

Makna Mukadimah AD HMI

  • Ke-Islaman, Allah SWT menurunkan Islam sebagai agama yang Haq pada manusia, yang merupakan rahmatan lil alamin. Dan sesuai dengan fitrahnya manusia adalah “khalifah fil Ardi”. Sesuai dengan Iradah Allah SWT, fitrah pada dasarnya adalah keseimbangan (balancing) antara dunia dan akrerat.
  • Ke-Indonesiaan, Indonesia merdeka adalah berkat rahmat Allah SWT, maka umat Islam berkewajiban mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Negara Republi Indonesia, memuju masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT
  • Ke-Mahasiswaan, Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya serta peranan dan tanggung jawabnya kepada umat manusia bertekad memberikan dharma bhaktinya untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT. Meyakini bahwa tujuan tersebut dapat tercapai melalui usaha yang teratur, terencana, penuh kebijakan dan dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, maka Mahasiswa Islam menghimpun diri dalam wadah HMI.

Alinea 1 :

1)      Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19)

2)      Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172)

3)      Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30)

4)      Pengabdian diri (Az-Zariat 56)

Alinea 2 :

Azas keseimbangan (Al-Qashash 77) Duniawi – Ukhrawi, Individu – Sosial, Iman – Ilmu Amal

Alinea 3 :

1)      Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT (At-Taubah 41, Al-Baqarah 105, Yunus25)

2)      Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam) (Al-Anfal 61, Al-Jum’ah 10, Ar-Radu 11)

3)      Adil makmur

Alinea 4 :

1)      Fungsi generasi muda Islam

2)      Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56)

  1. b.      Makna HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam

HMI adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang (mengaku) beragama Islam   dimana secara individu dan organisatoris memiliki cirri-ciri keislaman, dan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber inspirasi dan sumber aspirasi di dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi.

  1. c.       Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI

Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI merupakan konstitusi HMI, isinya memuat aturan-aturan pokok organisasi yang bersifat fundamental. Secara khusus masalah-masalah yang memerlukan penjelasan lebih lanjut diurai dalam beberapa naskah, yaitu penjelasan dan pedoman-pedoman organisasi lainnya..Yang termasuk di dalam Anggaran Dasar

 

BAB I

Nama,Waktu,dan Tempat

Pasal 1

Nama

Pasal 2

HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besar.

BAB II

A Z A S

Pasal 3

HMI berazaskan Islam.

BAB III

Tujuan, Usaha dan Sifat

Pasal 4

T u j u a n

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.

Pasal 5
U s a h a

a. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
b.    Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan umat manusia.
d. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e. Memperkuat Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam sedunia.
f. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk menopang pembangunan nasional.
g. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan sesuai dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

Pasal 6
S i f a t

HMI bersifat independen.

BAB IV
STATUS FUNGSI DAN PERAN

Pasal 7
S t a t u s

HMI adalah organisasi mahasiswa.

Pasal 8
F u n g s i

HMI berfungsi sebagai organisasi kader.

Pasal 9
P e r a n
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 10

a. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah Mahasiswa Islam yang terdaftar pada perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.
b. Anggota HMI terdiri dari :
1. Anggota Muda.
2. Anggota Biasa.
3. Anggota Kehormatan.
c. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban.

Masa keanggotaan HMI dihitung sejak kelulusan dari Latihan Kader I dan akan berakhir maksimum 5 (lima) tahun untuk program S0, 7 (tujuh) tahun untuk program S1, dan 9 (sembilan) tahun untuk program pasca sarjana. Perhitungan tahun antar program bukan dibuat akumulasi.

Anggota HMI dapat dipecat karena dua hal :

1)      Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh HMI

2)      Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi Yang bisa mencabut status keanggotaan HMI adalah Pengurus HMI Cabang dan Pengurus Besar HMI, dengan prosedur yang telah diatur secara khusus.

BAB VI
KEDAULATAN

Pasal 11

Kedaulatan berada di tangan anggota biasa yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan penjabarannya.

BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 12
Kekuasaan

Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konferensi/Musyawarah Cabang dan Rapat Anggota Komisariat.

Pasal 13
Kepemimpinan

a. Kepemimpinan organisasi dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang dan Pengurus HMI Komisariat.
b. Untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI, dibentuk Badan Koordinasi.
c. Untuk membantu tugas Pengurus HMI Cabang, dibentuk Koordinator Komisariat.

Pasal 14
Majelis Pengawas dan Konsultasi

a. Ditingkat Pengurus Besar HMI dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi PB HMI.
b. Ditingkat Pengurus HMI Cabang dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang.
c. Ditingkat Pengurus HMI Komisariat dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus HMI Komisariat.

Pasal 15
Badan–Badan Khusus

Dalam rangka memudahkan realisasi usaha mencapai tujuan HMI maka dibentuk Korps-HMI-Wati, Lembaga Pengembangan Profesi, Badan Pengelola Latihan dan Badan Penelitian Pengembangan

BAB VIII
KEUANGAN DAN HARTA BENDA
Pasal 16
Keuangan dan Harta Benda

a. Keuangan dan harta benda HMI dikelola dengan prinsip transparansi, bertanggung jawab, efektif, efisien dan berkesinambungan.
b. Keuangan dan Harta benda HMI diperoleh dari uang pangkal anggota, iuran dan sumbangan anggota, sumbangan alumni dan usaha-usaha lain yang halal dan tidak bertentangan dengan sifat Independensi HMI.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN

Pasal 17
a. Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres.
b. Harta benda HMI sesudah dibubarkan harus diserahkan kepada Yayasan Amal Islam.

 

  1. d.      Struktur Organisasi

Struktur organisasi HMI terbagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) Struktur Kekuasaan, dan (2) Struktur Pimpinan. Struktur kekuasaan secara hirarki terdiri dari :

1)      Kongres

2)      Konferensi/Musyawarah Cabang

3)      Rapat Anggota Komisariat

Struktur pimpinan secara hirarki terdiri dari :

1)      Pengurus Besar HMI

2)      Pengurus HMI Cabang

3)      Pengurus HMI Komisariat

  1. B.     Pedoman-Pedoman Dasar Organisasi
  2. a.      Pedoman Perkaderan

Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas tentang system perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang dilaksanakan secara masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh seluruh komponen HMI. Hal-hal yang menjadi pokok dalam sistem perkaderan HMI adalah :

  1. 1.      Tujuan Perkaderan

Terciptanya kader Muslim-Intelektual-Profesional yang berakhlakul karimah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

  1. 2.      Aspek Perkaderan
  • Pembentukan integritas watak dan kepribadian
  • Pengembangan kualitas intelektual
  • Pengembangan kemampuan professional
  1. 3.      Landasan Perkaderan

Landasan perkaderan merupakan pijakan pokok yang di jadikan sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam proses perkaderan HMI.untuk melaksanakan perkaderan ,HMI bertitik tolak pada lima landasan :

  1. a.       Landasan Teologis

Landasan teologis merupakan ketauhidan manusia sebagai fitrah (Q.S.Ar-Rum: 30) yang diawali dengan perjanjian paramordial.dalam bentuk persksian kepada Allah sebagai Dzat pencipta (Q.S Al Ar’Araf : 172) bentuk pengakuan tersebut merupakan merupakan penggambaran penyerahan diri manusia kepada zat yang mutlak.kesanggupan manusia dalam perjanjian primordial tersebut sejak peniupan ruh, otomatis konsekuensi logisnya setiap manusia untuk mempertanggung jawabkannya  semua perbuatan di dunia kepada Allah sebagai pemberi Mandat Kehidupan.

 

  1. b.      Landasan Ideologis

Islam sebagai landasan transformative yang secara sadar dipilih untuk memenuhi kebutihan dan menjawab persoalan yang terjadi masyarakat.didalam islam mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan dan idealisme yang di cita-citakan akan iklas berjuang dan berkorban demi kenyakinannya, ideology islam senantiasa mengilhami, memimpin, mengorganisir perjuangan, perlawanan dan pengorbanan yang luar biasa untuk melawan semua status quo, belenggu dan penindasan terhadap umat manusia.

Dalam sejarah Islam Nabi Muhammad telah memerkenalkan Ideologi dan mengubahnya menjadi keyakinan, serta memimpin rakyat kebanyakan dalam praktek-praktek mereka melawan kaum penindas. Nabi Muhammad lahir dan muncul dari tengah-tengah kebanyakan yang oleh Al Qur’an dijuluki sebagai “ummi”. Kata “ummi” (yang biasa diartikan buta huruf) menurut Syari’ati (dalam bukunya Ideologi kaum Intelektual) yang disifatkan pada Nabi berarti bahwa ia dari kelas rakyat yang termasuk di dalamnya adalah orang orang awam yang butu huruf, para budak, anak yatim, janda dan orang orang miskin (mustadh’afin) yang luar biasa menderitanya, dan bukan berasal dari orang orang terpelajar, borjuis dan elite penguasa. Dari komunitas inilah Muhammad memulai dakwahnya untuk mewujudkan cita cita ideal Islam.Cita cita ideal Islam adalah, adanya transformasi terhadap ajaran ajaran dasar Islam tentang persaudaraan universal (Universal Brotherhood), keseteraan (Equality) keadilan sosial (Social Justice), dan keadilan ekonomi (Economical Justice) sebuah cita cita yang memiliki aspek liberatif, sehingga dalam usaha untuk mewujudkannya membutuhkan keyakinan, tanggung jawab, keterlibatan dan komitmen, karena pada dasarnya sebuah ideologi menuntut penganutnya bersikap setia (Committed).

  1. c.       Landasan Konstitusi

Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan HMI di masa depan , HMI harus mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat,berbangsa bernegara demi melaksanakan tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridoi Allah SWT. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya secara berkelanjutan yang berorientasi futuristic maka HMI menetapkan tujuannya dalam pasal 4 AD HMI.

  1. d.      Landasan Historis

Secara sosiologis dan historis, kelahiran HMI pada tanggal 5 Februari 1947 tidak terlepas dari permasalahan bangsa didalamnya umat islam sebagai satu kesatuan dinamis dari bangsa Indonesia.yang sedang mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamirkan. Kenyataan itu merupakan sekaligus dituangkan. Dalam rumusan tujuan berdirinya :

Pertama mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat Manusia’

Kedua menegakan dan mengembangkan syiar ajaran Islam.

  1. e.       Landasan Sosio-kultural.

Islam yang masuk di kepulauan Nusantara telah berhasil merubah kultur masyarakat terutama di daerah sentral ekonomi dan politik menjadi kultur islam Indonesia.

  1. 4.      Pola Dasar Perkaderan

Pengertian Kader

Menurut AS Hornby ( dalam kamusnya Oxford Advanced Learner’s Dictionary) dikatakan bahwa “Cadre is a small group of People who are specially chosen and trained for a particular purpose, atau “cadre is a member of this kind of group; they were to become the cadres of the new community party”. Jadi pengertian kader adalah “sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan meneruskan  menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Bagi HMI aturan aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai nilai ke Islam an yang membebaskan (liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadhafi n). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD/ART HMI, pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya.

  • Rekrutmen
  • Pembentukan Kader
  • Training Formal
  • Pengembangan :
    • Up-Grading
    • Pelatihan
    • Aktivitas
    • Pengabdian

      Pedoman KOHATI

KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI merupakan badan khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H yang bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII HMI di Solo, KOHATI berkedudukan dimana HMI berada. KOHATI bertujuan “Terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita”.

KOHATI bersifat semi otonom. KOHATI memiliki fungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI.

 PEDOMAN LEMBAGA KEKARYAAN

Sejarah Lembaga Kekaryaan HMI

Terbentuknya lembaga kekaryaan sebagai satu dari institusi HMI terjadi pada kongres ke tujuh HMI di Jakarta pada tahun 1963 dengan diputusakannya mendirikan beberapa lembaga khusus (sekarang lembaga kekaryaan) dengan pengurus pusatnya ditentukan berdasarkan kuota yang mempunyai potensi terbesar pada jenis aktifitas lembaga kekaryaan yang bersangkutan diantaranya :

  • Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dipusatkan di Surabaya
  • Lembaga Da’wah mahasiswa Islam (LDMI) yang dipusatkan di Bandung
  • Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI) pusatnya di Makassar
  • Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) pusatnya di Yogyakarta

Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga kekaryaan pun semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang pesatnya lembaga kekaryaan ditunjukkan dari:

  • Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan
  • Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap organisasi induk HMI

Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di atas melalui kongres VIII HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan memberikan status otonom penuh kepada lembaga kekaryaan dengan memberikan hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan tersebut, antara lain :

  1. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat sampai rayon
  2. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT) sendiri
  3. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih pimpinan lembaga

Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan kepada kegiatan lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan organisasi ke tingkat induk bahkan justru menimbulkan permasalahan serius. Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi pada kongres di Malang pada tahun 1969, dimana kondisi pada saat tersebut lembaga kekaryaan sudah cenderung mengarah kepada perkembangan untuk melepaskan diri dari organisasi induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di Malang tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan :

  1. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya (HMI)
  2. Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa lembaga kekaryaan adalah bagian mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK HMI, LDMI menjadi LD HMI, dsb.

Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelembagaan tidak lagi menjadi permasalahan dan perhatian Himpunan. Ha ini mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahan-lahan mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi saat diterbitkannya SK Mendikbud tentang pengaturan kehidupan kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun 1978. Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu dihidupkannya kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan melalui kongres XIII HMI di Ujung Pandang. Kemudian LK menjadi perhatian/alternatif baru bagi HMI karena gencarnya isu profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang tahun 1986 pendayagunaan LK kembali dicanangkan.

Lembaga Kekaryaan

Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan khusus HMI (diluar KOHATI, LPL) yang bertugas melaksanakan kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya (ladang garapan) masing-masing, latihan kerja berupa dharma bhakti kemasyarakatan dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana terdapa dalam unsur-unsur pokok Esensi Kepribadian HMI yang meliputi :

  1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yakni dasar keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan Allah adalah merupakan inti daripada iman, Islam dan Ihsan.
  2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas dunia dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
  3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir nasional dan kritis, hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
  4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang serta dengan cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan yang dihadapi sehingga memiliki fungsi pelopor yang militan.
  5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional.
  6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda patriotic mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas kepentingan pribadi. Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.

Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada :

  1. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
  2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
  3. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)
  4. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
  5. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
  6. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
  7. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
  8. Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI)
  9. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
  10. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
  11. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)

Lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI, maka dengan melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan bidangnya masing-masing) haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri. bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.

Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan

Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.

Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :

  1. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota, sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)
  2. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk meningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI)
  3. b.      Pedoman Atribut HMI

Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambang dan berbagai macam penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu yang diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :

HYMNE HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bersyukur dan Ikhlas

Himpunan Mahasiswa Islam

Yakin Usaha Sampai

Untuk Kemajuan

Hidayah dan Taufiq

Bahagia HMI

Berdoa dan Ikrar

Menjunjung Tinggi Syiar Islam

Turut Qur’an dan Hadist

Jalan Keselamatan

Ya Allah Berkati

Bahagia HMI

Makna Lambang HMI adalah sebagai berikut :

  1. Bentuk huruf alif :
  • Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI
  • Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang, dasar/semangat HMI
  1. Bentuk perisai :

Lambang kepeloporan HMI

  1. Bentuk jantung :

Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang proses perkaderan HMI

  1. Bentuk pena :

Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan.

  1. Gambar bulan bintang :

Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia

  1. Warna hijau :

Lambang keimanan dan kemakmuran

  1. Warna hitam :

Lambang ilmu pengetahuan

  1. Keseimbangan warna hijau dan hitam

Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI

  1. Warna putih :

Lambang kesucian dan kemurnian perjuangan HMI

  1. Puncak tiga :
  • Lambang Iman, Islam dan Ikhsan
  • Lambang Iman, Ilmu dan Amal
  1. Tulisan HMI :

Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam

Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :

a)      Lencana/Badge HMI

b)      Bendera

c)      Stempel

d)     Kartu Anggota

e)      Papan Nama HMI

f)       Gordon/Selempang HMI

g)      Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari lambing dan penggunaannya

Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :

1)      Muts/Peci HMI

2)      Baret HMI

Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan khusus.

  1. C.    Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya

Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya. Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.

Referensi:

  1. Hasil-hasil kongres.
  2. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.
  3. Prof. DR. Mukhtar Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH, Pengantar Ilmu Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 2000.
  4. Prof. Chainur Arrasjid, SH. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000
  5. UUD 1945 (untuk perbandingan)
  6. Literatur lain yang relevan.

 

MISSION HMI

MISION HMI

Sadar akan peran dan Fungsi  HMI dalam menjawab dinamika ke-Islaman, Kemahasiswaan dan ke-Indonesiaan

“ Hai sekalian umat manusia, sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ialah agar kamu saling kenal-mengenal…”

(Al-Qur’an, surat Al Hudjurat; 13)

“ Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru kepada keutamaan, menyuruh kepada yang baik (ma’ruf) dan mencegah yang buruk (munkar), merekalah orang-orang yang menang (falah)”

(Al-Qur’an, surat Ali Imran; 104)

“HMI adalah organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi perkaderan, berperan sebagai organisasi perjuangan”

(AD HMI BAB IV, pasal 7, 8 dan 9: tentang status, fungsi dan peran)

“Jangan pernah berhenti mendayung, jika engkau tidak ingin terbawa arus”

(M. Natsir)

“Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu ber-Iman, ber-Ilmu dan ber-Amal”

(Nurcholis Madjid)

“Hidup adalah ikhlas dalam berfikir dan bertindak, itulah aktualisasi TAUHID”

(WM)

 

PENDAHULUAN

Keberadaan HMI adalah keberadaan manifestasi atas gerakan intelektual, moral dan spiritual di Indonesia. Tentu saja hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari beberapa syarat utama dari kelahiran sekaligus keberadaan HMI itu sendiri. Sebagai salah satu organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia, HMI didirikan bukan tanpa alasan yang jelas dan ideologis. HMI didirikan berangkat dari kekhawatiran dan kesadaran kritis atas kondisi Islam dan Indonesia pada waktu itu. Berangkat dari sebuah keyakinan yang diletakkan sebagai prinsip dasar kesadaran dalam berfikir dan bertindak, yaitu keyakinan bahwa tidak ada kebenaran selain Islam, yang dimaknai sebagai komitmen terhadap kebenaran, HMI lahir.

Kini, HMI telah berusia 65 tahun. Usia yang jika dianalogikan sebagai seorang anak manusia maka telah mengalami dua proses penting, kematangan atau kedewasaan, dan tua renta yang sangat rentan akan berbagai penyakit. Hari ini, menjadi penting untuk merevisit atau “mengunjungi” kembali beberapa syarat keberadaan HMI. Mengapa, dan untuk siapa HMI ada? Itulah yang akan coba kami sampaikan dalam tulisan sederhana ini, dalam sebuah kerangka sebagai artikulasi sederhana dari MISI SUCI HMI.

Penting kiranya sebelum memahami lebih lanjut mengenai apa yang menjadi misi HMI, khususnya jika dikontekstualisasikan dengan masa sekarang, secara bertahap dilihat perubahan-perubahan di dalam HMI terkait dengan misinya. Berikut adalah misi HMI yang secara periodik mengalami perubahan. Tentu saja perubahan misi HMI tersebut tidak bisa hanya dilihat atau dipahami sebatas pada sisi perubahannya (maksudnya tekstual), namun harus dilihat secara substantif dengan mengetahui latar belakang dari perubahan tersebut.

  1. 1. Tahun 1947 (5 Februari 1947)

Dasar : Islam

Tujuan :

  • Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
  • Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
  1. 2. Tahun 1947 (30 November 1947)

Dasar : Islam

Tujuan :

  • Mempertegak dan mengembangkan Agama Islam
  • Mempertinggi Derajat Rakyat dan Negara Republik Indonesia.
  1. 3. Tahun 1953 (5 Agustus 1953)

Dasar : Islam

Tujuan: kembali kepada Kongres ke-dua.

HMI menyatakan tetap sebagai organisasi yang independent seperti awal lahirnya dan menyatakan HMI bukan underbouw dari Partai Masyumi.

  1. 4. Tahun 1955

Dasar   : Islam

Tujuan :

Ikut mengusahakan terbentuknya manusia akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam.

  1. 5. Tahun 1966

Dasar   : Islam

Tujuan :

Membina Insan Akademis Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam menuju terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

  1. 6. Tahun 1969

Dasar   : Islam

Tujuan :

Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung Jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Meskipun sempat mengalami beberapa perubahan secara tekstual, juga secara isi (maksudnya adalah isi yang kemudian dalam tindakannya meniscayakan skala prioritas yang berbeda), namun misi HMI tetap berada di atas tiga komitmen yang juga merupakan ranah gerakan atau ranah pengabdiannya, yaitu Islam, Mahasiswa, dan Indonesia (atau ke-Islaman, kemahasiswaan, dank e-Indonesiaan). Tentu saja, seperti telah disebutkan di awal, bahwa perjuangan HMI, secara kontekstual didasarkan atas situasi dan kondisi yang ada. Dulu musuh HMI sangat jelas, yaitu penjajahan dan PKI.[3] Untuk konteks sekarang, dengan misi yang secara jelas tertulis di dalam lembaran hasil-hasil kongres, apa yang bisa dilakukan oleh HMI? Apakah hal itu masih relevan dengan kebutuhan Umat Islam, mahasiswa dan masyarakat Indonesia? Jika memang masih relevan, apakah HMI kini telah menjalankan misi tersebut dengan sungguh-sungguh? Atau malah HMI sibuk bertengkar di dalam memperdebatkan dan berebut sesuatu yang sangat pragmatis dan tidak jelas? Sehingga secara perlahan HMI mengalami kemunduran, tidak dikenal masyarakat karena tidak berbuat apa-apaa untuk mereka, hingga selanjutnya mati… Kesemuanya itu adalah pilihan dan keputusan HMI, bukan orang lain, apalagi Negara!!!

MEMBACA KEMBALI MISI HMI KINI

Dalam salah satu pikirannya, Nurcholis Madjid pernah menuliskan, “dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhanaa, yaitu beriman, berilmu, dan beramal”.[4] Maksud saya adalah bahwa misi HMI itu sangat suci dan berat, memang tidak sesederhana dari apa yang selama ini dilakukan oleh HMI.[5] Bahwa misi HMI dibangun di atas alasan sangat transendental dan teologis, kemudian harus ditopang oleh keilmuan yang cukup, dan semuanya (dari mulai niat untuk berfikir hingga pelaksanaan tindakan) diletakkan sebagai suatu amal yang LIMARDHATILLAH, bukan yang lain.

Jika memang demikian, kemudian apa yang yang harus dilakukan oleh HMI kini dan ke depan? Sehingga HMI masih memenuhi syarat keberadannya. Secara tersurat, di dalam lembaran-lembaran hasil-hasil kongres telah dijelaskan mengenai baik status, fungsi, peran, misi,  maupun tujuan.[6] Harapannya adalah bahwa lembaran-lembaran tersebut jangan hanya digunakan kalau hanya dibutuhkan, terlebih demi kepentingan tertentu. Namun lembaran-lembaran konstitusi HMI tersebut harus selalu dijadikan sebagai salah satu dasar dalam berorganisasi dan berjuang di HMI, sebagai landasan operasional. Di manapun dan kapanpun serta terhadap siapapun selama identitas KADER HMI melekat pada dirinya.

Selanjutnya, marilah kita melihat sejenak beberapa bagian dari Anggaran Dasar HMI (AD HMI),[7] yang di dalamnya memuat tujuan dan usaha yang mesti dilakukan oleh HMI dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

Saduran I:

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1

Nama

Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI

Pasal 2

Waktu dan Tempat kedudukan

HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besar

BAB II
AZAS

Pasal 3

HMI berazas Islam

BAB III
TUJUAN, USAHA DAN SIFAT

Pasal 4

Tujuan

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata ’ala.

Pasal 5

Usaha

  1. a. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
  2. b. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
  3. c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan ummat manusia.
  4. d. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dinnul Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
  5. e. Memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama Umat Islam sedunia.
  6. f. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk menopang pembangunan nasional
  7. g. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan sesuai dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

Pasal 6

Sifat

HMI bersifat independen

BAB IV

STATUS FUNGSI DAN PERAN

Pasal 7

Status

HMI adalah organisasi mahasiswa

Pasal 8

Fungsi

HMI berfungsi sebagai organisasi kader

Pasal 9

Peran

HMI berperan sebagai organisasi perjuangan

Saduran II:

(mengenai beberapa tafsir penjelasan AD HMI)

TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI

“Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu: (QS. Al-Maidah : 3).

“Dan mereka yang berjuang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (progresif) (QS. Al-Ankabut : 69).

Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.

Iradat Allah Subhanu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personality manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara induvidual maupun kolektif.

Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang memuat pemaham/kesadaran, kepentingan, struktur  dan pola aksi bersama demi tujuan-tujuan politik.

Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan perlunya peniru etika ke Tuhanan yang meliputi sikap rahmat (Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang kafah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).

Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa merupakan implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.

Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1974 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke Indonesian.

Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group (kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekanan). Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh’afin.

Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.

Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity) memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.

Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres ke-X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.

Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.

Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.

Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.

Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental, humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridho-Nya.

TAFSIR TUJUAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENDAHULUAN

Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinga dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.

Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup  yang terpadu  antara pemenuhan tugas duniawi  dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang  paling mendasar.

Atas faktor tersebut, maka HMI  menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI yaitu :

“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.

Dengan rumusan tersebut,  maka  pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif  merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.

MOTIVASI  DASAR KELAHIRAN  DAN TUJUAN ORGANISASI

Sesungghnya Allah SWT  telah mewahyukan Islam sebagai  agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya.

Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu  antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebaha giaan  hidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka  HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI  merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.

Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka  pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.

Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.

Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan dapat kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk  kehidupan yang ideal secara sederhana  kita rumuskan dengan “kehidupan yang adil dan makmur”.

Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian. Anggaran dasar menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai  Ketuhanan  Yang Maha  Esa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Indonesia dalam rangka mengabdikan diri  kepada Allah SWT.

Perwujudan daripada pelaksanaan  nilai-nilai tersebut adalah  berupa amal saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.

BASIC DEMAND BANGSA INDONESIA

Sesunguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 4 Anggaran Dasar tersebut adalah dalam  rangka menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia setelah mendapat kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 guna  memformulasikan dan merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan tersebut maka kita perlu melihat dan memahami keadaan masa lalu dan kini. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) periode yaitu:

a)  Periode (Masa) Penjajahan

Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakaan. Sebagai bangsa terjajah sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan adalah mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu bangsa.

b). Periode (Masa) Revolusi

Periode ini adalah masa  merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa  serta didoorong oleh keinginan yang luhur maka bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam periode ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah adanya persatuan solidaritas dalam bentuk mobilitas kekuatan fisik guna melawan dan menghancurkan penjajah. Untuk itu dibutuhkan adalah “solidarity making” diantara seluruh kekuatan nasional sehingga dibutuhkan adanya pimpinan nasional tipe solidarity maker.

c)  Periode (Masa) Membangun

Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada ditangannya maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.

Pimpinan nasional yang dibutuhkan adalah negarawan yang “problem solver” yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlak  sehingga mereka mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan. Secara keseluruhan basic demand bangsa Indonesia adalah terwujudnya bangsa yang  merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan  dengan tegas tertulis dalam Pembukaan UUD  1945 dalam alinea kedua.

Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita  capai tetapi tujuan ke-3 sekarang sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur  hanya akan ter bina dan terwujud  dalam suatu pembaharuan dan pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan mengembangkan nilai-nilai kepribadian bangsa.

KUALITAS INSAN CITA HMI

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI  di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan  berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 5  AD HMI)  adalah sebagai berikut :

1.   Kualitas Insan Akademis

  • · Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
  • Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya  dengan kesadaran.
  • · Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis  maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara  bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.

2.   Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta

  • · sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan  bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan  dan pembaharuan.
  • · Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
  • · Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

3.   Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi

  • · Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
  • · Sadar  membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
  • · Insan akdemis,  pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

4Kualitas Insan yang  bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam

  • · Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
  • · Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

5.  Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :

  • · Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
  • · Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar  bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
  • · Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
  • · Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
  • · Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
  • · Percaya pada diri sendiri  dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard”  yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan  berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka  itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu  beramal  saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)

Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.

TUGAS ANGGOTA HMI

Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut diatas. Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajiban untuk memberikan pimpinan-pimpinan, bimbingan dan kondusif bagi perkembangan potensi kualitas pribadi-pribadi anggota-anggota dengan memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang independen untuk itu :

  • · Senantiasa  memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT.
  • · Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran
  • · Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian yang berbeda.
  • · Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif
  • · Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan:

°     Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya dengan penuh gairah.

°     Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.

°     Mengadakan FGD

°     Salalu hadir dalam forum ilmiah

°     Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang kebudayaan

°     Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam memngambil peran dalam kegiatan HMI

°     Mengadakan

MISION HMI

Menegaskan Kembali Tujuan, Fungsi dan Peran HMI dalam Dinamika ke-Islaman, Kemahasiswaan dan ke-Indonesiaan[1]

Oleh: Wahyu Minarno[2]

“ Hai sekalian umat manusia, sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ialah agar kamu saling kenal-mengenal…”

(Al-Qur’an, surat Al Hudjurat; 13)

“ Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru kepada keutamaan, menyuruh kepada yang baik (ma’ruf) dan mencegah yang buruk (munkar), merekalah orang-orang yang menang (falah)”

(Al-Qur’an, surat Ali Imran; 104)

“HMI adalah organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi perkaderan, berperan sebagai organisasi perjuangan”

(AD HMI BAB IV, pasal 7, 8 dan 9: tentang status, fungsi dan peran)

“Jangan pernah berhenti mendayung, jika engkau tidak ingin terbawa arus”

(M. Natsir)

“Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu ber-Iman, ber-Ilmu dan ber-Amal”

(Nurcholis Madjid)

“Hidup adalah ikhlas dalam berfikir dan bertindak, itulah aktualisasi TAUHID”

(WM)

PENDAHULUAN

Keberadaan HMI adalah keberadaan manifestasi atas gerakan intelektual, moral dan spiritual di Indonesia. Tentu saja hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari beberapa syarat utama dari kelahiran sekaligus keberadaan HMI itu sendiri. Sebagai salah satu organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia, HMI didirikan bukan tanpa alasan yang jelas dan ideologis. HMI didirikan berangkat dari kekhawatiran dan kesadaran kritis atas kondisi Islam dan Indonesia pada waktu itu. Berangkat dari sebuah keyakinan yang diletakkan sebagai prinsip dasar kesadaran dalam berfikir dan bertindak, yaitu keyakinan bahwa tidak ada kebenaran selain Islam, yang dimaknai sebagai komitmen terhadap kebenaran, HMI lahir.

Kini, HMI telah berusia 63 tahun. Usia yang jika dianalogikan sebagai seorang anak manusia maka telah mengalami dua proses penting, kematangan atau kedewasaan, dan tua renta yang sangat rentan akan berbagai penyakit. Hari ini, menjadi penting untuk merevisit atau “mengunjungi” kembali beberapa syarat keberadaan HMI. Mengapa, dan untuk siapa HMI ada? Itulah yang akan coba kami sampaikan dalam tulisan sederhana ini, dalam sebuah kerangka sebagai artikulasi sederhana dari MISI SUCI HMI.

Penting kiranya sebelum memahami lebih lanjut mengenai apa yang menjadi misi HMI, khususnya jika dikontekstualisasikan dengan masa sekarang, secara bertahap dilihat perubahan-perubahan di dalam HMI terkait dengan misinya. Berikut adalah misi HMI yang secara periodik mengalami perubahan. Tentu saja perubahan misi HMI tersebut tidak bisa hanya dilihat atau dipahami sebatas pada sisi perubahannya (maksudnya tekstual), namun harus dilihat secara substantif dengan mengetahui latar belakang dari perubahan tersebut.

  1. 1. Tahun 1947 (5 Februari 1947)

Dasar : Islam

Tujuan :

  • Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
  • Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
  1. 2. Tahun 1947 (30 November 1947)

Dasar : Islam

Tujuan :

  • Mempertegak dan mengembangkan Agama Islam
  • Mempertinggi Derajat Rakyat dan Negara Republik Indonesia.
  1. 3. Tahun 1953 (5 Agustus 1953)

Dasar : Islam

Tujuan: kembali kepada Kongres ke-dua.

HMI menyatakan tetap sebagai organisasi yang independent seperti awal lahirnya dan menyatakan HMI bukan underbouw dari Partai Masyumi.

  1. 4. Tahun 1955

Dasar   : Islam

Tujuan :

Ikut mengusahakan terbentuknya manusia akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam.

  1. 5. Tahun 1966

Dasar   : Islam

Tujuan :

Membina Insan Akademis Pencipta dan Pengabdi yang bernafaskan Islam menuju terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

  1. 6. Tahun 1969

Dasar   : Islam

Tujuan :

Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung Jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Meskipun sempat mengalami beberapa perubahan secara tekstual, juga secara isi (maksudnya adalah isi yang kemudian dalam tindakannya meniscayakan skala prioritas yang berbeda), namun misi HMI tetap berada di atas tiga komitmen yang juga merupakan ranah gerakan atau ranah pengabdiannya, yaitu Islam, Mahasiswa, dan Indonesia (atau ke-Islaman, kemahasiswaan, dank e-Indonesiaan). Tentu saja, seperti telah disebutkan di awal, bahwa perjuangan HMI, secara kontekstual didasarkan atas situasi dan kondisi yang ada. Dulu musuh HMI sangat jelas, yaitu penjajahan dan PKI.[3] Untuk konteks sekarang, dengan misi yang secara jelas tertulis di dalam lembaran hasil-hasil kongres, apa yang bisa dilakukan oleh HMI? Apakah hal itu masih relevan dengan kebutuhan Umat Islam, mahasiswa dan masyarakat Indonesia? Jika memang masih relevan, apakah HMI kini telah menjalankan misi tersebut dengan sungguh-sungguh? Atau malah HMI sibuk bertengkar di dalam memperdebatkan dan berebut sesuatu yang sangat pragmatis dan tidak jelas? Sehingga secara perlahan HMI mengalami kemunduran, tidak dikenal masyarakat karena tidak berbuat apa-apaa untuk mereka, hingga selanjutnya mati… Kesemuanya itu adalah pilihan dan keputusan HMI, bukan orang lain, apalagi Negara!!!

MEMBACA KEMBALI MISI HMI KINI

Dalam salah satu pikirannya, Nurcholis Madjid pernah menuliskan, “dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhanaa, yaitu beriman, berilmu, dan beramal”.[4] Maksud saya adalah bahwa misi HMI itu sangat suci dan berat, memang tidak sesederhana dari apa yang selama ini dilakukan oleh HMI.[5] Bahwa misi HMI dibangun di atas alasan sangat transendental dan teologis, kemudian harus ditopang oleh keilmuan yang cukup, dan semuanya (dari mulai niat untuk berfikir hingga pelaksanaan tindakan) diletakkan sebagai suatu amal yang LIMARDHATILLAH, bukan yang lain.

Jika memang demikian, kemudian apa yang yang harus dilakukan oleh HMI kini dan ke depan? Sehingga HMI masih memenuhi syarat keberadannya. Secara tersurat, di dalam lembaran-lembaran hasil-hasil kongres telah dijelaskan mengenai baik status, fungsi, peran, misi,  maupun tujuan.[6] Harapannya adalah bahwa lembaran-lembaran tersebut jangan hanya digunakan kalau hanya dibutuhkan, terlebih demi kepentingan tertentu. Namun lembaran-lembaran konstitusi HMI tersebut harus selalu dijadikan sebagai salah satu dasar dalam berorganisasi dan berjuang di HMI, sebagai landasan operasional. Di manapun dan kapanpun serta terhadap siapapun selama identitas KADER HMI melekat pada dirinya.

Selanjutnya, marilah kita melihat sejenak beberapa bagian dari Anggaran Dasar HMI (AD HMI),[7] yang di dalamnya memuat tujuan dan usaha yang mesti dilakukan oleh HMI dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

Saduran I:

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1

Nama

Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI

Pasal 2

Waktu dan Tempat kedudukan

HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besar

BAB II
AZAS

Pasal 3

HMI berazas Islam

BAB III
TUJUAN, USAHA DAN SIFAT

Pasal 4

Tujuan

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata ’ala.

Pasal 5

Usaha

  1. a. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
  2. b. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
  3. c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan ummat manusia.
  4. d. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dinnul Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
  5. e. Memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama Umat Islam sedunia.
  6. f. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk menopang pembangunan nasional
  7. g. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan sesuai dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

Pasal 6

Sifat

HMI bersifat independen

BAB IV

STATUS FUNGSI DAN PERAN

Pasal 7

Status

HMI adalah organisasi mahasiswa

Pasal 8

Fungsi

HMI berfungsi sebagai organisasi kader

Pasal 9

Peran

HMI berperan sebagai organisasi perjuangan

Saduran II:

(mengenai beberapa tafsir penjelasan AD HMI)

TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI

“Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu: (QS. Al-Maidah : 3).

“Dan mereka yang berjuang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (progresif) (QS. Al-Ankabut : 69).

Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.

Iradat Allah Subhanu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personality manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara induvidual maupun kolektif.

Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang memuat pemaham/kesadaran, kepentingan, struktur  dan pola aksi bersama demi tujuan-tujuan politik.

Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan perlunya peniru etika ke Tuhanan yang meliputi sikap rahmat (Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang kafah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).

Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa merupakan implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.

Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1974 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke Indonesian.

Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group (kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekanan). Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh’afin.

Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.

Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity) memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.

Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres ke-X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.

Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.

Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.

Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.

Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental, humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridho-Nya.

TAFSIR TUJUAN

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENDAHULUAN

Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinga dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.

Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup  yang terpadu  antara pemenuhan tugas duniawi  dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang  paling mendasar.

Atas faktor tersebut, maka HMI  menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI yaitu :

“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.

Dengan rumusan tersebut,  maka  pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif  merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.

MOTIVASI  DASAR KELAHIRAN  DAN TUJUAN ORGANISASI

Sesungghnya Allah SWT  telah mewahyukan Islam sebagai  agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya.

Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu  antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebaha giaan  hidup di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka  HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI  merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.

Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka  pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.

Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.

Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan dapat kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk  kehidupan yang ideal secara sederhana  kita rumuskan dengan “kehidupan yang adil dan makmur”.

Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian. Anggaran dasar menegaskan kesadaran mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai  Ketuhanan  Yang Maha  Easa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Indonesia dalam rangka mengabdikan diri  kepada Allah SWT.

Perwujudan daripada pelaksanaan  nilai-nilai tersebut adalah  berupa amal saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.

BASIC DEMAND BANGSA INDONESIA

Sesunguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 4 Anggaran Dasar tersebut adalah dalam  rangka menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia setelah mendapat kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 guna  memformulasikan dan merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan tersebut maka kita perlu melihat dan memahami keadaan masa lalu dan kini. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) periode yaitu:

a)  Periode (Masa) Penjajahan

Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakaan. Sebagai bangsa terjajah sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan adalah mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu bangsa.

b). Periode (Masa) Revolusi

Periode ini adalah masa  merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa  serta didoorong oleh keinginan yang luhur maka bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam periode ini yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah adanya persatuan solidaritas dalam bentuk mobilitas kekuatan fisik guna melawan dan menghancurkan penjajah. Untuk itu dibutuhkan adalah “solidarity making” diantara seluruh kekuatan nasional sehingga dibutuhkan adanya pimpinan nasional tipe solidarity maker.

c)  Periode (Masa) Membangun

Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada ditangannya maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.

Pimpinan nasional yang dibutuhkan adalah negarawan yang “problem solver” yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan pula adanya iman/akhlak  sehingga mereka mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan. Secara keseluruhan basic demand bangsa Indonesia adalah terwujudnya bangsa yang  merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan  dengan tegas tertulis dalam Pembukaan UUD  1945 dalam alinea kedua.

Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita  capai tetapi tujuan ke-3 sekarang sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur  hanya akan ter bina dan terwujud  dalam suatu pembaharuan dan pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia yang beriman, berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan mengembangkan nilai-nilai kepribadian bangsa.

KUALITAS INSAN CITA HMI

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI  di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan  berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 5  AD HMI)  adalah sebagai berikut :

1.   Kualitas Insan Akademis

  • · Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
  • Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana sekelilingnya  dengan kesadaran.
  • · Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis  maupun tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara  bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.

2.   Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta

  • · sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan  bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan  dan pembaharuan.
  • · Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
  • · Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

3.   Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi

  • · Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat.
  • · Sadar  membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
  • · Insan akdemis,  pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

4Kualitas Insan yang  bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam

  • · Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan menjiwai karyanya.
  • · Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim. Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.

5.  Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :

  • · Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
  • · Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar  bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
  • · Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
  • · Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
  • · Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
  • · Percaya pada diri sendiri  dan sadar akan kedudukannya sebagai “khallifah fil ard”  yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan  berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka  itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu  beramal  saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)

Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.

TUGAS ANGGOTA HMI

Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut diatas. Tetapi juga sebaliknya HMI berkewajiban untuk memberikan pimpinan-pimpinan, bimbingan dan kondusif bagi perkembangan potensi kualitas pribadi-pribadi anggota-anggota dengan memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang independen untuk itu :

  • · Senantiasa  memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT.
  • · Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran
  • · Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian yang berbeda.
  • · Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif
  • · Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan:

°     Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang dimilikinya dengan penuh gairah.

°     Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.

°     Mengadakan tentir club untuk studi ilmu jurusannya dan club studi untuk masalah kesejahteraan dan kenegaraan

°     Salalu hadir dalam forum ilmiah

°     Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang kebudayaan

°     Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam memngambil peran dalam kegiatan HMI

°     Mengadakan kalaqah-kalaqah perkaderan dimasjid-masjid kampus

Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal AD HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap Anggota HMI. Insan cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.

Insan cita HMI pada suatu waktu akan merupakan “Intelektual community” atau kelompok intelegensi yang mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera spritual adil dan makmur serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).

Melalui beberapa penggalan Anggaran Dasar HMI (AD HMI) serta beberapa memori penjelasannya, khususnya tentang Islam sebagai azas HMI dan tujuan serta beberapa usaha yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan HMI, yang diambil dari hasil-hasil kongres di atas, setelah kita lihat lebih ke dalam, maka kita akan menemukan jawaban atas pertanyaan apa yang menjadi misi HMI kini dan ke depan, kemudian mengenai relevansi dan kontekstualitasnya. Atau lebih sederhananya pertanyaan tentang mengapa dan untuk siapa sebenarnya HMI ada?

HMI MENJAWAB TANTANGAN JAMAN

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh HMI adalah; Pertama, HMI harus meletakkan kemudian memantapkan kembali ideologinya sebagai basis nilai gerakannya demi mewujudkan tujuannya. Kedua, HMI harus mampu merumuskan metodologi gerakan yang relevan sehingga efektif. Ketiga, untuk dapat membumikan ide dan ruh perjuangan HMI, maka HMI harus diartikulasikan ulang melalui objektifikasi.[8] Keempat, HMI tetap harus bersikap terbuka dan oto-kritik (mengkritik dan dikritik, inklusifisme positif). Karena dengan itulah HMI tetap sebagai agent of change dan agent of social control.[9] HMI bukan partai politik, juga bukan LSM, oleh karena itu dalam setiap aktifitas berfikir serta gerakannya harus meletakkan PERKADERAN dan PERJUANGAN tetap sebagai misinya, sebagai fungsi dan perannya, sebagai jiwa gerakan.

Sebagai organisasi mahasiswa Islam, HMI harus tetap mampu menjaga keseimbangan antara intelektual (akademik) dan gerakan sosial (aktivisme), yang ditopang oleh basis moral dan spiritual. Ke depan gerakan HMI adalah gerakan Intelektual-Moral-Spiritual (INTERAL). Sebab tiga hal itulah yang juga melatarbelakangi berdirinya HMI, sekaligus sebagai ruh perkaderan dan perjuangan HMI dulu, kini, dan esok. HMI ke depan harus meletakkan identitas dirinya sebagai Intelektual-Aktifis, atau Scholar Activist.perkaderan dimasjid-masjid kampus

Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal AD HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap Anggota HMI. Insan cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI berarti dia telah mencapai tujuan HMI.

Insan cita HMI pada suatu waktu akan merupakan “Intelektual community” atau kelompok intelegensi yang mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera spritual adil dan makmur serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).

Melalui beberapa penggalan Anggaran Dasar HMI (AD HMI) serta beberapa memori penjelasannya, khususnya tentang Islam sebagai azas HMI dan tujuan serta beberapa usaha yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan HMI, yang diambil dari hasil-hasil kongres di atas, setelah kita lihat lebih ke dalam, maka kita akan menemukan jawaban atas pertanyaan apa yang menjadi misi HMI kini dan ke depan, kemudian mengenai relevansi dan kontekstualitasnya. Atau lebih sederhananya pertanyaan tentang mengapa dan untuk siapa sebenarnya HMI ada?

 


 

b. Implementasi Mission HMI dalam Masyarakat Transisi

HMI adalah organisasi kader (sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan perubahan secara terus-menerus),. Hal ini membawa konsekuensi logis pada setiap gerak organisasi yang senantiasa harus diarahkan pada perbaikan kehidupan manusia. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, demi terwujudnya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.

Dalam melakukan perjuangan, HMI meyakini bahwa Islam sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transenden, humanis, dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridha-Nya.

Untuk menjaga konsistensi dan kontinuitas gerakan, maka perjuangan yang dilakukan setiap kader HMI secara individu maupun secara institusi harus senantiasa berpegang pada independensi organisasi (independensi etis dan independensi organisatoris). Independensi bagi HMI merupakan karakter kepribadian yang implementasinya terwujud didalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan “Mission” HMI dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Setiap perjuangan HMI harus selalu disesuaikan dengan konteks dan realitas sosial kekinian. Kini masyarakat sedang mengalami situasi transisi demokrasi (budaya, politik, tata pemerintahan). Salah satu ciri masyarakat transisi adalah munculnya banyak aspirasi masyarakat yang menuntut adanya perubahan dan pembaruan sebagai cerminan respons masyarakat terhadap perkembangan dan kemajuan zaman. Aspirasi nasyarakat tersebut merupakan hasil proses sosiologis yang panjang yang melibatkan aktor-aktor perubahan sosial, meminjam istilahnya Daniel Bell dan John Keane aktor-aktor perubahan sosial disebut civil society.

Civil society sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri pokok, yaitu; Pertama, adanya kemandirian yang relatif tinggi dari individu-individu, kelompok-kelompok dalam masyarakat, dalam rangka tawar menawar terhadap negara. Kedua, adanya ruang publik yang tersedia sebagai wahana partisipasi politik masyarakat. Ketiga, adanya kemampuan membatasi kekuasaan negara agar tidak menjadi kekuatan yang intervensionis. Dalam perspektif inilah, maka kebangkitan partisipasi masyarakat merupakan indikasi adanya semangat proses demokratisasi di Indonesia.

Dalam merespon kondisi transisi demokrasi, pemerintah melakukan perubahan orientasi dalam menata menejemen pemerintahan. Beberapa perubahan tersebut antara lain, pertama, perubahan orientasi menejemen pemerintahan dari orientasi state driven menjadi menejemen yang berorientasi ke pasar. Selama ini manajemen pemerintahan tidak lebih hanya menuruti kepentingan elit penguasa sedangkan kepentingan masyarakat diabaikan. Kedua, perubahan dari orientasi otoritarian menjadi orientasi demokrasi. Ketiga, perubahan dari orientasi sentralisme menjadi orientasi desentralisasi. Dari ketiga perubahan orientasi tersebut pada dasarnya ada kecenderungan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator masyarakat. Sehingga ada tiga komponen pokok dalam pelaksanaan pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat yang diantara ketiganya harus berjalan secara sinergis.

Perubahan diatas, baru sebatas dalam peraturan perundangan itupun masih banyak kekuarangan, belum menyentuh pada budaya masyarakat. Realitas sosial yang terjadi pada era pemerintahan saat ini menunjukan terjadinya krisis ekonomi yang belum teratasi, meningkatnya kekerasan, simpang-siurnya penegakkan hukum, konflik elit politik yang semakin tak terkendali, dll. Dalam situasi demikian HMI beserta kekuatan kemahasiswaan dan kepemudaan mempunyai tanggungjawab besar untuk mengawal dan mewujudkan agenda reformasi yang sampai hari ini belum terwujud

PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan,  semoga apa yang kami sampaikan mampu menjadi bahan fikiran untuk ke depan HMI menentukan titik pijak gerakannya, khususnya HMI Cabang Tasikmalaya.

Selamat datang di HMI, selamat berjuang bersama kami, semoga apa yang kita fikirkan nanti, juga apa yang menjadi tindakan kita, tetap semata-mata hanya demi mendapatkan ridhlo dari Allah SWT, Amin. Terakhir, mengutip M. Natsir, “Jangan pernah berhenti mendayung, jika engkau tidak ingin terbawa arus”. Tetap selalu ikhlas dalam berfikir dan bertindak,

Billahitaufik wallhidayyah

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

[3] PKI sebagai musuh HMI masih harus ditinjau ulang kevalidannyaa. Apakah PKI yang dimaksud adalah organisasinya, atau personalnya, atau ajaran dan nilai sosialismenya?

[4] PB HMI, Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI), (Jakarta: PB HMI, 1971), pada paragraph terakhir.

[5] Kalau mau jujur, HMI kini memang semakin pragmatis dan cenderung kepada hal-hal yang bersifat instant, berbeda dengan HMI sejati.

[6] PB HMI, Hasil-hasil Kongres HMI ke-XXVI di Palembang, tanggal 28 Juli 2008, (Jakarta: PB HMI, 2009).

[7] PB HMI, Hasil-hasil Kongres HMI ke-XXVI di Palembang, tanggal 28 Juli 2008, (Jakarta: PB HMI, 2009).

[8] Yang dimaksud dengan objektifikasi adalah bagaimana HMI, sebagaimana Islam, pada wilayah dalam pembumiannya, atau wilayah aktualisasinya, harus tidak hanya dirasakan “rahmatnya” oleh Umat Islam atau anggota HMI saja, namun seluruh masyarakat yang ada, terlepas apakah mereka Islam atau bukan, HMI atau bukan HMI. Dan mereka merasakan perjuangan dan hasil perjuangan HMI sebagai hal yang wajar dan rasional, tanpa menganggap bahwa itu adalah hasil atau milik HMI. Di sanalah letak dari ke-limardhatilah-an HMI. Mengenai objektifikasi ini, dapat juga ditemukan penjelasannya dalam karangan Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006). Atau dapat juga dilihat dalam Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 2004).

[9] Jangan sampai identitas sebagai agen perubahan sosial sekaligus agen control sosial hanya menjadi klaim dari HMI. Namun bagaimana identitas tersebut tersandang melalui fikiran dan gerakan yang murni dilakukan olah HMI untuk Islam, Mahasiswa, dan Indonesia secara keseluruhan.

Posting : Hilmi Husada

KABID PAO HMI Cabang Tasikmalaya

Sejarah Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Latar Belakang Sejarah Berdirinya HMI

Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.
Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur’an dan Hadist Rassullulah SAW.

Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.

Situasi NKRI

Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
• Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
• Missi dan Zending agama Kristiani.
• Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.
Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan

Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia”. Kedua : adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis Keseimbangan” yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Beliau adalah anak seorang Sutan Pangurabaan Pane –tokoh pergerakan nasional “serba komplit” dari Sipirok, Tapanuli Selatan-. Lafaran Pane adalah sosok yang tidak mengenal lelah dalam proses pencarian jati dirinya, dan secara kritis mencari kebenaran sejati. Lafran Pane kecil, remaja dan menjelang dewasa yang nakal, pemberontak, dan “bukan anak sekolah yang rajin” adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol dari Independensinya. Sebagai figur pencarai sejati, independensi Lafran terasah, terbentuk, dan sekaligus teruji, di lembaga-lembaga pendidikan yang tidak Ia lalui dengan “Normal” dan “lurus” itu (-Walau Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim terpelajar pernah juga menganyam pendidikan di Pesantren Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah-) ; pada hidup berpetualang di sepanjang jalanan kota Medan, terutama di kawasan Jalan Kesawan; pada kehidupan dengan tidur tidak menentu; pada kaki-kaki lima dan emper pertokoan; juga pada kehidupan yang Ia jalani dengan menjual karcis bioskop, menjual es lilin, dll.
Dari perjalanan hidup Lafran dapat diketahui bahwa struktur fundamental independensi diri Lafran terletak pada kesediaan dan keteguhan Dia untuk terus secara kritis mencari kebenaran sejati dengan tanpa lelah, dimana saja, kepada saja, dan kapan saja.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat”

Namun demikian, secara keseluruhan Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI dapat dipaparkan secara garis besar karena faktor, sebagai berikut :
1. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan
 Aspek Politik : Indonesia menjadi objek jajahan Belanda
 Aspek Pemerintahan : Indonesia berada di bawah pemerintahan kerajaan Belanda
 Aspek Hukum : Hukum berlaku diskriminatif
 Aspek pendidikan : Proses pendidikan sangat dikendalikan oleh Belanda.
– Ordonansi guru
– Ordonansi sekolah liar
 Aspek ekonomi : Bangsa Indonesia berada dalam kondisi ekonomi lemah
 Aspek kebudayaan : masuk dan berkembangnya kebudayaan yang bertentangan dengan kepribadian Bangsa Indonesia
 Aspek Hubungan keagamaan : Masuk dan berkembagnya Agama Kristen di Indonesia, dan Umat Islam mengalami kemunduran
2. Adanya Kesenjangan dan kejumudan umat dalam pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran islam
3. Kebutuhan akan pemahaman dan penghayatan Keagamaan
4. Munculnya polarisasi politik
5. Berkembangnya fajam dan Ajaran komunis
6. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
7. Kemajemukan Bangsa Indonesia
8. tuntutan Modernisasi dan tantangan masa depan

Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan “Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan”
Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lannya, tanpa campur tangan pihak luar.
Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain:
1. Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain :
1. Lafran Pane (Yogya),
2. Karnoto Zarkasyi (Ambarawa),
3. Dahlan Husein (Palembang),
4. Siti Zainah (istri Dahlan Husein-Palembang)
5. Maisaroh Hilal (Cucu KH.A.Dahlan-Singapura),
6. Soewali (Jember),
7. Yusdi Ghozali (Juga pendiri PII-Semarang),
8. Mansyur,
9. M. Anwar (Malang),
10. Hasan Basri (Surakarta),
11. Marwan (Bengkulu),
12. Zulkarnaen (Bengkulu),
13. Tayeb Razak (Jakarta),
14. Toha Mashudi (Malang),
15. Bidron Hadi (Yogyakarta).
Faktor Pendukung Berdirinya HMI
1. Posisi dan arti kota Yogyakarta
a. Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan
b. Pusat Gerakan Islam
c. Kota Universitas/ Kota Pelajar
d. Pusat Kebudayaan
e. Terletak di Central of Java
2. Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa
3. Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia
4. Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)
5. Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik).
6. Adanya dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir
7. Ummat Islam Indonesia mayoritas

Faktor Penghambat Berdirinya HMI
Munculnya reaksi-reaksi dari :
1. Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
2. Gerakan Pemuda Islam (GPII)
3. Pelajar Islam Indonesia (PII)

FASE-FASE PERKEMBANGAN SEJARAH HMI

1. Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)
Sudah diterangkan diatas
2. Fase Pengokohan (5 Februari 1947 – 30 November 1947)
Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.

3. Fase Perjuangan Bersenjata (1947 – 1949)
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun \’64-\’65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.

4. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)
Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

5. Fase Tantangan (1964 – 1965)
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb.

Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.

6. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 – 1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari\’ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.

7. Fase Pembangunan (1969 – 1970)
Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya :
1) Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan,
2) Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.

8. Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 – 1998 )
Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu.
Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara dilain sisi persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema.
Pada tahun 1970 Nurcholis Madjid menyampaikan ide pembaharuan dengan topic keharusan pembaharuan didalam pemikiran Islam dan masalah integritas umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan yang. Perbedaan pendapat dan penafsiran menjadi dinamika di dalam menginterpretasikan dinamika persoalan kebangsaan dan keumatan. Hal ini misalnya dalam dialektika dan perbincangan seputar Negara dan Islam, konsep Negara Islam, persoalan Islam Kaffah sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila sebagai bentuk ijtihad organisasi didalam mempertahankan cita-cita jangka panjang keummatan dan kebangsaan.
9. Fase Reformasi
Secara histories sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan, gagasan dan kritik terhadap pemerintahan. Sesuai dengan kebijakan PB HMI bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif. Gerakan koreksi pemerintahanpertama disampaikan pada jaman konggres XX HMI di Istana Negara tanggal 21 Januari 1995. kemudian peringatan MILAD HMI Ke 50 Saudara Ketua Umum Taufiq Hidayat menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang menyebutkan bahwa HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukanlah wilayah yang haram. Tetapi adalah wilayah pencermatan dan kekritisan terhadap pemerintahan. Kemudian dalam penyampaian Anas Urbaningrun pada MILAD HMI ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Pebruari 1998 dengan judul “Urgensi Reformasi bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat”.

MASA DEPAN HMI TANTANGAN DAN PELUANG
Kritik terhadap HMI datang dari dalam dan dari luar HMI. Kritik ini sangat positif karena dengan demikian HMI akam mengetahui kekurangan dan kelebihan organisasi. Sehingga kedepan kita mampu memperbaiki dan menentukan sikap dan kebijakan yang sesuai dengan keadaan jaman.
Dari masa kemasa, beberapa persoalan yang dihadapkan pada HMI tentang kritik independensi HMI, kedekatan dengan militer, sikap HMI terhadap komunisme, tuntutan Negara Islam, dukungan terhadap rehabilitasi masyumi, penerimaan azas tunggal Pancasila, adaptasi rasionalitas pemikiran, dan lain-lain yang memberikan penilaian kemunduran terhadap HMI, Yahya Muhaimin dalam konggres HMI ke XX mengemukakan konsep tentang revitalisasi, reaktualisasi, refungsionalisasi, dan restrukturisasi organisasi. Anas Urbaningrum menjawabnya dengan pemberian wacana politik etis HMI. Yakni dengan langkah : Peningkatan visi HMI, intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi.
Untuk pencapaian tujuan HMI perlu dipersiapkan kondisi yang tepat sebagai modal untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan masa depan bangsa Indonesia sangat komplek. Tetapi justeru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita HMI sampai mencapai tujuan.

PENUTUP

Dengan mengetahui sejarah masa lalu kita  dapat mengetahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. dengan kita mengetahui sejarah kita akan tahu arah kita melangkah.

YAKUSA

Posting : Hilmi Husada , KABID PAO HMI Cabang Tasikmalaya

By Hilmi Husada Dikirimkan di HMI

komoditi unggulan industri kerajinan tasikmalaya

Posting : Hilmi Husada

Fak.Ekonomi Manajemen Universitas Siliwangi.

 Tasikmalaya, Pesona Mutiara dari Priangan Timur
Daerah yang terkenal sebagai pusat keagamaan besar di Jawa Barat dan memiliki sejumlah pondok pesantren yang tersebar hampir di seluruh wilayah kabupaten ini, memiliki potensi pariwisata yang patut diperhitungkan, di antaranya adalah wisata alam, kerajinan, wisata belanja, wisata religi, seni, budaya, UKM, dan lain-lain.

Perindustrian Kota Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya merupakan salahsatu kota di Jawa Barat yang memiliki potensi industri cukup besar, khsusunya industri kecil dan kerajinan yang dapat menyerap tenaga kerja cukup banyak (+ 5% dari jumlah pnduduk)ahun ini yaitu 103.968 penumpang dengan nilai pendapatan sebesar 5.395.096.750 rupiah.

Adapaun komoditi unggulan industri kerajinan meliputi : bordir, anyaman mendong, anyaman bambu, alas kaki(kelom geulis, sandal, sepatu), meubel batik, payung geulis, makanan olahan/ringan yang tersebar di 133 sentra industri kecil di 8 kecamatan yang mencakup 69 kelurahan.

1. Potensi Industri

a. Bidang Usaha Bordir
  1. Jumlah Usaha : 1.092 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 74.745.595.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 405.177.301.000
  4. Tenaga Kerja : 10.380 orang
b. Bidang Usaha Anyaman Mendong
  1. Jumlah Usaha : 162 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 5.857.235.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 28.962.874.000
  4. Tenaga Kerja : 1.889 orang
c. Bidang Usaha Anyaman Bambu
  1. Jumlah Usaha : 75 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 1.079.038.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 4.983.106.000
  4. Tenaga Kerja : 632 orang
d. Bidang Usaha Ayam Mendong
  1. Jumlah Usaha : 394 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 26.928.928.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 131.764.608.000
  4. Tenaga Kerja : 4.335 orang
e. Bidang Usaha Meubel
  1. Jumlah Usaha : 220 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 8.791.378.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 40.723.515.000
  4. Tenaga Kerja : 1.408 orang
f. Bidang Usaha Batik
  1. Jumlah Usaha : 30 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 1.854.116.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 10.219.620.000
  4. Tenaga Kerja : 4.460 orang
g. Bidang Usaha Kerajinan Payung Geulis
  1. Jumlah Usaha : 4 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 76.940.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 332.800.000
  4. Tenaga Kerja : 37 orang
h. Bidang Usaha Makanan Ringan
  1. Jumlah Usaha : 369 unit
  2. Nilai Investasi : Rp. 17.339.685.000
  3. Nilai Produksi : Rp. 80.221.089.000
  4. Tenaga Kerja : 2.696 orang

Sejarah Singkat Tasikmalaya

Sejarah Singkat Tasikmalaya

Dimulai pada abad ke VII sampai abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) atau dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Semplakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang yang pada masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.

Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada jaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.

Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan di Sukakerta dengan Ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sejaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sejaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.

Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah masuk Islam.

Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibukota negeri yang awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan “negara” disebut “Sukapura”.

Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) ibukota Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibukota dipindahkan ke Manonjaya (1832). Perpindahan ibukota ini dengan alasan untuk memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam menghadapi Diponegoro. Pada tanggal 1 Oktober 1901 ibukota Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang pemindahan ini cenderung berrdasarkan alasan ekonomis bagi kepentingan Belanda. Pada waktu itu daerah Galunggung yang subur menjadi penghasil kopi dan nila. Sebelum diekspor melalui Batavia terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat, biasanya di ibukota daerah. Letak Manonjaya kurang memenuhi untuk dijadikan tempat pengumpulan hasil-hasil perkebunan yang ada di Galunggung.

Nama Kabupaten Sukapura pada tahun 1913 diganti namanya menjadi Kabupaten Tasikmalaya dengan R.A.A Wiratanuningrat (1908-1937) sebagai Bupatinya.

Tanggal 21 Agustus 1111 Masehi dijadikan Hari Jadi Tasikmalaya berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang dibuat sebagai tanda upacara pentasbihan atau penobatan Batari Hyang sebagai Penguasa di Galunggung. (sumber)

Diposkan oleh Tasikmalaya di 14:54

 

Cikal bakal Kabupaten Tasikmalaya berasal dari Umbul Surakerta dengan ibukotanya Dayeuh Tengah. Daerah ini sekarang menjadi nama sebuah desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Salopa, kira-kira 5 km sebelah Timur Kecamatan Sukaraja. Pada waktu itu, penguasa Negara Surakerta bernama Sareupeun Cibuniagung. Ia memiliki seorang puteri tunggal yang bernama Nyai Punyai Agung (Ageng). Nyai Punyai Agung menikah dengan Entol Wiraha yang menggantikannya menjadi penguasa Surakerta. Dari perkawinan tersebut lahirlah Wirawangsa, yang berkuasa di Surakerta menggantikan ayahnya.

Sewaktu Wirawangsa berkuasa, Surakerta statusnya menjadi umbul. Umbul Surakerta termasuk  wilayah Priangan yang dipegang oleh Dipati Ukur Wangsanata.
Ketika Dipati Ukur diperintah Sultan Agung untuk menyerang Batavia bersama-sama tentara Mataram di bawah pimpinan Tumenggung Bahurekso, Dipati Ukur membawa sembilan umbul, di antaranya, Umbul Surakerta, Wirawangsa. Tetapi Dipati Ukur gagal dalam penyerangan itu. Ia bersama sebagian tentaranya mengundurkan diri ke Gunung Pongporang yang terletak di Bandung Utara dekat Gunung Bukitunggul. Tindakannya dianggap oleh Mataram sebagai pemberontakan sehingga Dipati Ukur dikejar-kejar tentara Mataram.
Karena tindakan Dipati Ukur itu dianggap membahayakan, Sultan Agung memerintahkan untuk menangkapnya hidup atau mati dengan suatu perjanjian, bahwa barangsiapa yang berhasil menangkap Dipati Ukur akan diberi anugerah. Pada waktu itu yang menjadi bupati wedana di Priangan sebagai pengganti Dipati Ukur adalah Pangeran Rangga Gede, dan diminta untuk menangkap Dipati Ukur, tetapi tidak berhasil karena dia meninggal pada waktu menjalankan perintah itu.

Dipati Ukur tertangkap di daerah Cengkareng sekarang oleh tiga umbul Priangan Timur, kemudian dibawa ke Mataram, dan oleh Sultan Agung dijatuhi hukuman mati. Ketiga umbul yang ikut menangkap Dipati Ukur adalah Umbul Surakerta Ki Wirawangsa, Umbul Cihaurbeuti Ki Astamanggala, dan Umbul Sindangkasih Ki Somahita. Ketiga umbul tersebut juga menangkap delapan umbul lainnya yang biluk (setia) kepada Dipati Ukur. Atas jasanya, ketiga umbul tersebut diangkat menjadi mantri agung di tempatnya masing-masing. Ki Wirawangsa diangkat menjadi mantri agung Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha, Ki Astamanggala diangkat menjadi mantri agung Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangun-angun, dan Ki Somahita menjadi mantri agung Parakanmuncang digelari Tumenggung Tanubaya.
Setelah diangkat menjadi mantri agung Sukapura, kota kabupaten pun dipindahkan dari Dayeuh Tengah di Sukakerta ke Leuwi Loa (wilayah desa Sukapura) daerah Sukaraja sekarang, terletak di tepi sungai Ciwulan. Oleh karena ibukota pindah ke Sukapura, nama kabupaten pun disebut Kabupaten Sukapura. Perubahan nama Leuwi Loa menjadi Sukapura berdasarkan alasan karena di Leuwi Loa didirikan pura yang bermakna ‘kraton’ dan suka bermakna ‘asal’ atau ‘tiang’. Jadi, sukapura bermakna jejernya karaton karena di tempat inilah berdirinya bupati Sukapura yang pertama.

Raden Tumenggung Wiradadaha (Wiradadaha I) yang berjasa mendirikan Kabupaten Sukapura wafat, dan dimakamkan di Pasir Baganjing sehingga terkenal dengan sebutan Dalem Baganjing.
Pengganti Wiradadaha I adalah putranya yang ketiga yang bernama Raden Jayamanggala dengan gelar raden Tumenggung Wiradadaha II. Namun, Wiradadaha II tidak lama berkuasa karena pada tahun pengangkatannya sebagai tumenggung meninggal dunia karena dihukum mati. Keluarganya hanya mendapatkan tambela (keranda) yang berisi mayat Wiradadaha II. Oleh karenaitu, Wiradadaha II terkenal dengan julukan Dalem Tambela.

Setelah meninggal dunia, Raden Wiradadaha II digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Anggadipa I, putra keempat Wiradadaha I. Setelah menjadi bupati, Raden Anggadipa bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha III. Dia terkenal sebagai bupati Sukapura terkaya dan memiliki anak sebanyak 62 orang hingga ia dikenal dengan Dalem Sawidak.
Setelah meninggal dunia, Wiradadaha III digantikan oleh anaknya Raden Subangmanggala dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha IV. Raden Wiradadaha IV meninggal dunia dan dimakamkan di Pamijahan dekat gurunya Syeh Abdul Muhyi dan dikenal dengan sebutan Dalem Pamijahan.

Raden Wiradadaha IV digantikan oleh anak angkatnya yang bernama Raden Secapati. Raden Secapati adalah cucu Dalem Tamela. Setelah diangkat menjadi bupati, dia menggunakan nama Raden Tumenggung Wiradadaha V, tetapi lebih dikenal dengan sebutan Dalem Tumenggung Secapati.
Setelah wafat, Wiradadaha V digantikan oleh putranya yang bernama raden Jayangadireja dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha VI. Ia menikahi putri bupati Parakanmuncang. Karena sering bertolak belakang dengan pemerintah Kolonial, Wiradadaha VI mengundurkan diri, dan digantikan oleh anaknya Raden Jayamanggala II dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha VII atau Raden Adipati Wiratanubaya. Karena dimakamkan di Pasirtando, beliau terkenal dengan sebutan Dalem Pasirtando.
Pengganti Wiradadaha VII adalah putranya yang kelima Raden demang Anggadipa dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha VIII. Ia terkenal dengan sebutanh Dalem Sepuh. Ketika ia menolak menanam nila, Wiraradaha VIII dipecat, Sukapura dialihkan ke Kabupaten Limbangan.

Kabupaten Sukapura didirikan kembali dengan bupatinya turunan bupati Sumedang, yakni raden Tumenggung Surialaga, yang lebih dikenal dengan sebutan Dalem Talun. Dua tahun kemudian, Dalem Talun mengundurkan diri, kabupaten Sukapura diserahkan kembali ke bupati Limbangan. Namun, selanjutnya dikembalikan lagi ke Wiradadaha VIII dari bupati Limbangan, kecuali daerah Suci dan Panembong.

Pada masa kekuasaan Widadaha VIII, Sukapura memiliki wilayah yang sangat luas. Wilayahnya meliputi sebagian dari Sumedang: Malangbong, Ciawi, Indihiang, Singaparna, dan Tasikmalaya; sebagian dari Galuh: Pasirpanjang, Banjar, Kawasen, Parigi, Cijulang, Mandala, Cikembulan, dan Kalipucang. Wilayah Sukapura asalnya hanya distrik Mangunreja, Panyeredan, Taraju, Sukaraja, Parung, Karang, Cikajang, batuwangi, Nagara (Pameungpeuk), tanah yang luas ini disebut Tanah Galunggung.
Karena terlalu luas, Kabupaten Sukapura dibagi tiga bagian, yakni afdeeling Sukapura Kolot, Sukapura, dan Tasikmalaya. Sukapura Kolot dengan ibukota Mangunreja meliputi dua afdeling, yakni afdeeling Mangunreja (Panyeredan, Karang, Sukaraja, Taraju, Parung), dan afdeeling Cikajang (Batuwangi, Kandangwesi, Nagara, dan Selacau). Sukapura meliputi dua afdeeling, yakni afdeeling Manonjaya (Pasirpanjang, Banjar, Kawasen) dan afdeeling Parigi (Parigi, Cijulang, Mandala, Cikembulan, dan Kalipucang). Afdeeling Tasikmalaya Tasikmalaya mencakup Ciawi, Indihiang, dan Malangbong.

Setelah memiliki wilayah yang luas, ibukota Sukapura di Sukaraja dipindahkan ke Manonjaya. Pada waktu itu, Wiradadaha VIII wafat dan dimakamkan di Tanjung Malaya. Kemudian digantikan oleh adiknya R.T. Danuningrat dengan gelar R.T. Wiradadaha IX, yang membangun Kota Manonjaya. Setelah wafat, Danuningrat digantikan Raden Rangga Wiradimanggala dengan gelar R.T. Wiratanubaya sebagai bupati Sukapura X.
Setelah wafat, R.T. Wiratanubaya lebih dikenal dengan sebutan Dalem Sumeren. Karena tidak punya anak, Wiratanubaya digantikan oleh Raden Rangga Tanuwangsa dengan gelar raden Wiraadegdaha (bupati Sukapura XI). Kemudian digelari Adipati sehingga namanya menjadi Raden Adipati Wiraadegdaha. Karena diturunkan dari jabatannya, R.A. Wiraadegdaha pindah ke Bogor dan terkenal dengan sebutan Dalem Bogor. Jabatannya digantikan adiknya Raden Demang Danukusumah, patih Manonjaya. Setelah menjadi bupati, namanya menjadi R.T. Wirahadiningrat, bupati Sukapura XII. Dia pernah diberi gelar adipati, mendapat payung kuning, dan Bintang Oranye Nassau, sehingga mendapat sebutan Dalem Bintang.

Dalem Bintang wafat. Penggantinya adalah Raden Rangga Wiratanuwangsa, putranya Dalem Bogor. Setelah menjadi bupati, diganti namanya menjadi R.T. Wiraadiningrat, bupatui Sukapura XIII. Pada masa ini, ibukota Sukapura dipindahkan dari Manonjaya ke Tasikmalaya. Dia bupati pertama yang mendapat gelar aria, sehingga terkenal dengan sebutan Dalem Aria.
Setelah wilayah afdeeling Mangunreja menjadi bawahan Sukapura, dan afdeeling Cikajang menjadi bawahan Kabupaten Limbangan, sedangkan Distrik Malangbong dibagi dua, yakni sebagian bawahan Limbangdan dan sebagian bawahan Sumedang. Sejak itulah, Sukapura berubah nama menjadi Tasikmalaya.

Pada awalnya daerah yang disebut Sukapura itu bernama Tawang atau Galunggung. Sering juga disebut Tawang-Galunggung. Tawang berarti ‘sawah’ atau ‘tempat yang luas terbuka’. Penyebutan Tasikmalaya muncul untuk pertama kali setelah Gunung Galunggung meletus sehingga wilayah Sukapura berubah menjadi Tasik ‘danau, laut’ dan malaya dari (ma)layah bermakna ‘ngalayah (bertebaran)’ atau ‘deretan pegunungan di pantai Malabar (India)’. Tasikmalaya mengandung arti ‘keusik ngalayah’, maksudnya banyak pasir di mana-mana.

sumber : tasikmalaya

posting : Hilmi Husada

Arti, Pengertian, Definisi, Fungsi dan Peranan Koperasi / Koprasi Indonesia dan Dunia – Ilmu Ekonomi Koperasi.

Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967, koperasi indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Berikut di bawah ini adalah landasan koperasi indonesia yang melandasi aktifitas koprasi di indonesia.

– Landasan Idiil = Pancasila
– Landasan Mental = Setia kawan dan kesadaran diri sendiri
– Landasan Struktural dan gerak = UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1

A. Fungsi Koperasi / Koprasi

1. Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian indonesia
2. Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi indonesia
3. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara indonesia
4. Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi

B. Peran dan Tugas Koperasi / Koprasi

1. Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat indonesia
2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di indonesia
3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada

  • Kebutuhan Hidup/Ekonomi Manusia – Kebutuhan Primer, Sekunder, Tersier, Jasmani, Rohani, Sekarang, Masa Depan, Pribadi dan Sosial
  • Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sejak lahir hingga meninggal dunia tidak terlepas dari kebutuhan akan segala sesuatunya. Untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan diperlukan pengorbanan untuk mendapatkannya.
  • Di bawah ini akan diberikan jenis, macam aneka ragam definisi atau pengertian dari tiap-tiap kebutuhan manusia selama hidupnya di dunia :
  • A. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Tingkat Kepentingan / Prioritas
  • 1. Kebutuhan Primer
    Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang benar-benar amat sangat dibutuhkan orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi. Contohnya adalah seperti sembilan bahan makanan pokok / sembako, rumah tempat tinggal, pakaian, dan lain sebagainya.
  • 2. Kebutuhan Sekunder
    Kebutuhan sekunder adalah merupakan jenis kebutuhan yang diperlukan setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi dengan baik. Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer. Misalnya seperti makanan yang bergizi, pendidikan yang baik, pakaian yang baik, perumahan yang baik, dan sebagainya yang belum masuk dalam kategori mewah.
  • 3. Kebutuhan Tersier / Mewah / Lux
    Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan skunder. Contohnya adalah mobil, antena parabola, pda phone, komputer laptop notebook, tv 50 inchi, jalan-jalan ke hawaii, apartemen, dan lain sebagainya.
  • B. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Sifat
  • 1. Kebutuhan Jasmani / Kebutuhan Fisik
    Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan badan lahiriah atau tubuh seseorang. Contohnya seperti makanan, minuman, pakaian, sandal, pisau cukur, tidur, buang air kecil dan besar, seks, dan lain sebagainya.
  • 2. Kebutuhan Rohani / Kebutuhan Mental
    Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan. Contohnya seperti mendengarkan musik, siraman rohani, beribadah kepada Tuhan YME, bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan, dan lain-lain.
  • C. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Waktu
  • 1. Kebutuhan Sekarang
    Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang benar-benar diperlukan pada saat ini secara mendesak. Contoh adalah kebelet pipis, makan karena sangat lapar, pengobatan akibat kecelakaan, dan lain sebagainya.
  • 2. Kebutuhan Masa Depan
    Kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang dapat ditunda serta dipenuhi di lain waktu di masa yang akan datang. Contoh yaitu pergi haji, pendidikan tinggi, pahala untuk bekal akherat, membeli mobil toyota yaris terbaru, dan lain sebagainya.
  • D. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Subjek / Subyek Penggunanya
  • 1. Kebutuhan Individual / Individu / Pribadi
    Kebutuhan individu adalah jenis kebutuhan yang dibutuhkan oleh orang perseorangan secara pribadi. Contohnya adalah sikat gigi, menuntut ilmu, sholat lima waktu, makan, dan banyak lagi contoh lainnya.
  • 2. Kebutuhan Sosial / Kolektif
    Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan berbagai barang dan jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan sosial suatu kelompok masyarakat. Contohnya adalah jalan umum, penerangan tempat umum, berserikat mengeluarkan pendapat, berbisnis, berorganisasi, dan lain-lain.
  • Kamus Dagang Bahasa Cina Sehari-hari di Indonesia
  • Sat, 15/04/2006 – 7:01pm — godam64
  • Kata-kata berikut ini sering digunakan pada kegiatan transaksi perdagangan sehari-hari di kota Jakarta dan sekitarnya. Bagi yang anda belum tahu Ada baiknya anda mengetahui kata-kata di bawah in karena mungkin suatu saat akan berguna.
  • – jigoh sama dengan dua puluh lima rupiah
  • – gocap sama dengan lima puluh rupiah
  • – cepek sama dengan seratus rupiah
  • – nopek sama dengan dua ratus rupiah
  • – gopek sama dengan lima ratus rupiah
  • – seceng sama dengan seribu rupiah
  • – noceng sama dengan dua ribu rupiah
  • – goceng sama dengan lima ribu rupiah
  • – ceban sama dengan sepuluh ribu rupiah
  • – noban sama dengan dua puluh ribu rupiah
  • – goban sama dengan lima puluh ribu rupiah
  • – cepekceng sama dengan seratus ribu rupiah
  • – nopekceng sama dengan dua ratus ribu rupiah
  • – gopekceng sama dengan lima ratus ribu rupiah

Posting : Hilmi Husada

Cara Mencegah dan Mengatasi Besi Berkarat / Karat / Korosi

Cara Mencegah dan Mengatasi Besi Berkarat / Karat / Korosi

Beberapa cara untuk menanggulangi besi atau logam lain agar tahan dari proses perkaratan :

1. Melapisi besi atau logam lainnya dengan cat khusus besi yang banyak dijual di toko-toko bahan bangunan.

2. Membuat logam dengan campuran yang serba sama atau homogen ketika pembuatan atau produksi besi atau logam lainnya di pabrik.

3. Pada permukaan logam diberi oli atau vaselin

4. Menghubungkan dengan logam aktif seperti magnesium / Mg melaui kawat agar yang berkarat adalah magnesiumnya. Hal ini banyak dilakukan untuk mencegah berkarat pada tiang listrik besi atau baja. Mg ditanam tidak jauh dari tiang listrik.

5. Melakukan proses galvanisasi dengan cara melapisi logam besi dengan seng tipis atau timah yang terletak di sebelah kiri deret volta.

6. Melakukan proses elektro kimia dengan jalan memberi lapisan timah seperti yang biasa dilakukan pada kaleng.

Cara dan Tips Masak / Memasak Mie Instant Indomie, Supermie, Sarimie, Kare, Pop Mie, Mie Gelas dll Baik Mi Kuah Maupun Mi Goreng

A. Langkah / Tahap Memasak dan Menyiapkan Pop Mie dalam Cup

1. Buka lapisan plastik yang menyelubungi kemasan pop mie, lalu buka segel bagian atas namun jangan sampai lepas semua, karena nanti akan ditutup kembali biar cepat matang.

2. Buka bumbu-bumbu dan minyak yang ada dalam kemasan pop mie yang anda buka tadi. Kemudian tuangkan atau tumpahkan di atas mie yang masih kering tadi.

3. Masukkan air panas dari termos atau dispenser. Sebaiknya anda tidak memasukkan air yang suhunya amat sangat panas sekali karena kemasan sterofoam pop mie atau merk lainnya bisa mencair dan larut dalam makanan. Sterofoam adalah zat yang sangat beracun jika masuk ke dalam tubuh anda. Lalu setelah dituang air panas tutup kembali dengan penutup yang masih menempel tadi hingga beberapa menit dan mie sudah empuk.

4. Aduk-aduk mie hingga bumbunya merata. Campurkan saos sambal, kecap, garam, cuka, merica, lada, jahe, lengkoas, mangga, pisang, jambu, dsb seperlunya sesuai selera anda. Sekarang mie telah siap disantap.

B. Langkah / Tahap Memasak dan Menyiapkan Mie Gelas dalam Gelas, Mangkok, Cangkir, dll

1. Caranya hampir mirip dengan mempersiapkan pop mie. Masukkan mie serta minyak dan bumbunya yang sudah dibuka ke dalam wadah gelas, cangkir, mangkuk, piring, dan lain sebagainya.

2. Masukkan air panas atau air mendidih sampai semua tertutup air dan tambahkan air sesuai takaran bumbu dan minyaknya, jangan sampai kebanyakan atau kedikitan, nanti rasanya bisa aneh. Hati-hati dengan air panas, karena kalau terkena kulit bisa fatal akibatnya. Kemudian tutup dengan sesuatu yang bisa menutupi wadah tersebut supaya lekas mateng minya.

3. Sesudah beberapa menit aduk hingga merata dan tambahkan bahan lain sesuai selera anda secukupnya, dan kini mie gelas sudah siap dimakan.

C. Langkah / Tahap Memasak dan Menyiapkan Mie Rebus dan Mie Goreng

1. Siapkan tempat memasak seperti panci, penggorengan, wajan, rantang, dan lain-lain yang bisa menampung air dan cukup untuk memuat mie dan airnya saat dimasak. Masukkan air bersih sesuai ukuran jumlah mie yang mau anda masak. Kemudian rebus air tersebut hingga mendidih dan kuman-kumannya mati.

2. Lalu kemudian anda siapkan piring, mangkok, gelas, dan sebagainya untuk tempat makannya. Lalu tuangkan bumbu-bumbu serta minyaknya ke dalam wadah tersebut sesuai ukurannya. Sebenarnya anda bisa turut merebus bumbu dan minyak ke dalam air setelah mendidih, namun keputusan tetap di tangan anda.

3. Setelah air mendidih masukkan mie yang masih kering kerontang tadi ke dalam air mendidih. Lalu biarkan direbus beberapa menit hingga empuk. Pada saat itu anda bisa memasukkan bahan tambahan penambah gizi seperti telur mentah, bakso, daging, kornet, tempe, tahu dan sayur-sayuran seperti sawi, kol, wortel, bayam, kangkung, dan sebagainya sesuai dengan selera anda masing-masing.

4. Setelah matang masukkan mie dan kuah mie ke dalam wadah penyaji yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk mie goreng anda harus meniriskan mie dengan membuang sebagian besar air kuah dan memasukkan mie dan bahan lainnya dengan hanya sedikit kuah agar terasa enak.

5. Aduk-aduk hingga semua bumbu, minyak dan bahan lain meresap dan menyatu dalam tiap helai mie instan matang tadi hingga sangat merata. Kalau tidak merata rasanya akan asin di suatu bagian, dan hambar di bagian lainnya. Jika sudah rata anda bisa taburi dan tambahkan baang goreng, kecap, saus tomat, saus cabe, dan lain sebagainya sesuai selera. Dan setelah itu mie instan dapat anda makan dengan gembira.

tips umum sains kimia

posting : Hilmi Husada

 

Bentuk-Bentuk Struktur Pasar Konsumen

Bentuk-Bentuk Struktur Pasar Konsumen –

Persaingan Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli

Bentuk-Bentuk Struktur Pasar Konsumen – Persaingan Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli

1. Pasar Persaingan Sempurna
Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak. Contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :
– Jumlah penjual dan pembeli banyak
– Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain
– Penjual bersifat pengambil harga (price taker)
– Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply)
– Posisi tawar konsumen kuat
– Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
– Sensitif terhadap perubahan harga
– Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar

2. Pasar Monopolistik
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik :
– Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda
– Mirip dengan pasar persaingan sempurna
– Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda
– Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga
– Relatif mudah keluar masuk pasar

3. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli :
– Harga produk yang dijual relatif sama
– Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses
– Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar
– Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain

4. Pasar Monopoli
Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari satu produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain sebagainya. Sifat-sifat pasar monopoli :
– Hanya terdapat satu penjual atau produsen
– Harga dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli
– Umumnya monopoli dijalankan oleh pemerintah untuk kepentingan hajat hidup orang banyak
– Sangat sulit untuk masuk ke pasar karena peraturan undang-undang maupun butuh sumber daya yang sulit didapat
– Hanya ada satu jenis produk tanpa adanya alternatif pilihan
– Tidak butuh strategi dan promosi untuk sukses

Tambahan :
– Monopsoni adalah kebalikan dari monopoli, yaitu di mana hanya terdapat satu pembeli saja yang membeli produk yang dihasilkan.
– Monopoli adalah sesuatu yang dilarang di Republik Indonesia yang diperkuat dengan undang-undang anti monopoli.

Teori Hierarki Kebutuhan Maslow / Abraham Maslow – Ilmu Ekonomi

Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.

Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.

Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :

1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.

4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya

Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia – Perekonomian Bisnis

A. Definisi dan pengertian industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
– Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
– Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.

C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.

E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Variabel Faktor Perencanaan dan Pemilihan Lokasi Usaha / Bisnis / Pabrik – Kewirausahaan Ilmu Ekonomi

Di bawah ini adalah hal-hal yang patut diperhitungkan dalam memilih lokasi tempat usaha bisnis kita. Semuanya mengacu pada efisiensi pada biaya operasi, kemempuan bersaing dan harga produk baik barang maupun jasa. Cara memilih lokasi tempat usaha harus memperhitungkan dengan matang hal sebagai berikut :

1. Tenaga Kerja
Pastikan terdapat tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dari segi pendidikan, kemampuan, skill, minat, dan sebagainya dengan harga yang mampu dan bisa dibayar perusahaan. Adanya pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kinerja para pegawai / buruh.

2. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku sangat vital dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin dekat pada sumber bahan baku akan semaking menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.

3. Letak Pasar atau Konsumen yang Dituju
Untuk produsen barang kebutuhan sehari-hari akan sangat menguntungkan jika berada tidak jauh dari target market yang dibidik. Biaya dapat dipangkas dari cost pengiriman produk atau barang.

4. Sarana dan Prasarana
Pastikan hal-hal mendasar yang menunjang kegiatan bisnis dapat tersebia secara terus-menerus seperti listrik, air, jalan, transportasi, perumahan, dan lain sebagainya

5. Faktor Eksternal
Kondisi sosial budaya, hukum, iklim, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan nantinya.

Sumber : Berbagai Sumber

Posting : Hilmi Husada

Pengertian / Definisi dari Manajemen

Pengertian / Definisi dari Manajemen

Di bawah ini adalah definisi dari kata manajemen :

1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Follet
Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.

Catatan :
Apabila anda ingin menambahkan, silahkan hubungi moderator via forum komunitas.

Pengertian / Definisi Pasar dan Faktor Produksi – Ilmu Ekonomi Manajemen

Dalam pengertian yang sederhana atau sempit pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.

Definisi pasar secara luas menurut W.J. Stanton adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serta kemauan untuk membelanjakannya.

Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau jasa dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi.

Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal. Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan harga faktor produksi tersebut

Faktor atau Elemen Lingkungan yang Mempengaruhi Dunia Usaha / Bisnis Umum Secara Tidak Langsung – Ilmu Ekonomi Manajemen

Dalam dunia usaha terdapat banyak hal yang berpengaruh terhadap kesinambungan dunia usaha pada suatu daerah tertentu. Variable-variabel di bawah ini secara tidak langsung memberi efek pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan memiliki resistansi atau daya tahan masing-masing terhadap setiap faktor yang berbeda-beda.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi dunia usaha secara tidak langsung ini berada di luar dari elemen pihak internal dan eksternal yang telah dijelaskan pada artikel bagian lain. Secara bersamaan dengan faktor internal dan eksternal dengan faktor lingkungan mempengaruhi kondisi dunia usaha.

1. Variabel Sosial
– Faktor demografik/demografis : seperti jumlah, komposisi, dan pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau area.
– Faktor gaya hidup : selera masyarakat, trend yang sedang digandrungi, dan lain sebagainya.
– Faktor nilai sosial : adat-istiadat, norma yang berlaku, kebiasaan, dan lain-lain.

2. Variabel Ekonomi
Berkaitan erat dengan indikator ekonomi yang bersifat umum mengukur tabungan, investasi, produktivitas, lapangan kerja, kegiatan pemerintah, transaksi perdagangan internasional, pendapatan, produk nasional dan lain sebagainya.

3. Variabel Politik
Faktor-faktor yang terkait dengan kondisi atau iklim perpolitikan di suatu daerah.

4. Variabel Teknologi
Kemajuan di bidang teknologi yang berubah-ubah dari waktu ke waktu yang terkadang sangat cepat sangat mempengaruhi dunia usaha. Perusahaan yang statis dan tidak mengikuti perkembangan teknologi cenderung tertinggal dibandingkan dengan perusahaan yang terus menerus melakukan adaptasi teknologi untuk membuat operasional usah menjadi lebih efektif dan efisien.

Faktor atau Elemen Internal dan Eksternal Yang Mempengaruhi Dunia Usaha / Bisnis Umum Secara Langsung – Ilmu Ekonomi Manajemen

Dalam dunia usaha terdapat dua (2) pihak yang berkepentingan (stakeholder) yang berpengaruh secara langsung, yakni external stakeholder (pihak luar) dan internal stakeholder (pihak dalam) :

A. Pihak Internal Dunia Usaha
1. Karyawan
Dengan memiliki sumber daya manusia atau sdm yang baik akan sangat membantu dunia bisnis untuk maju.
2. Pemegang Saham dan Dewan Direksi
Adalah dua bagian penting yang mengatur kegiatan atau jalannya roda perusahaan publik di mana para pemegang saham memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi suatu perusahaan dengan hak suara yang dimilikinya sesuai dengan persentase saham yang dimiliki.

B. Pihak Eksternal Dunia Usaha
1. Pelanggan / Konsumen
Konsumen dapat dibagi atau dibedakan menjadi 2, yaitu konsumen perorangan atau individu dan konsumen lembaga/perusahaan/bisnis. Konsumen membelanjakan uang yang dimilikinya untuk barang atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Pemasok / Suplier / Suplayer
Membatu perusahaan untuk mendapatkan faktor produksi atau input untuk diolah menjadi keluaran atau output yang memiliki nilai tambah.
3. Pemerintah
Lembaga yang membuat undang-undang, kebijakan serta peraturan agar roda perekonomian suatu negara atau daerah dapat berjalan seperti yang telah direncanakan.
4. Serikat Pekerja
Berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan pekerja seperti upah, jam kerja, fasilitas, kondisi kerja, dan sebagainya
5. Pesaing / Rival
Semakin kuat pesaing kita maka akan mengurangi omset perusahaan, sehingga perlu secara terus menerus melakukan pengembangan dan perbaikan untuk dapat menguasai pasar.
6. Lembaga Keuangan
Contohnya seperti bank, asuransi, leasing atau sewa guna, dan lain sebagainya yang membantu perusahaan dalam mengelola keuangannya.
7. Lembaga Konsumen
Lembaga ini akan membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya. Jika ada masalah antara konsumen dengan produk perusahaan, maka lembaga konsumen akan membantu konsumen.
8. Kelompok Khusus
Contohnya seperti kelompok sosial, kelompok pecinta alam, dan lain-lain
9. Pihak yang Berkepentingan Lain
Memperhatikan lembaga atau organisasi lain yang berhubungan dengan bisnis yang dijalankan. Jika kita terjun ke dalam bisnis rumah sakit, maka kelompok dokter, paramedis, pasien, dan lainnya harus diperhatikan.

Macam dan Jenis Manajer / Manajemen Berdasarkan Level atau Tingkatan – Ilmu Ekonomi Manajemen

Pada umumnya manajer memiliki tanggung jawab yang sama, yaitu melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, serta penyusunan staf namun dari sisi tingkat atau level manajemen dapat dibagi menjadi tiga / 3 macam, yakni :

1. Manajer Puncak / Top Manager
Tanggung jawab dari manajer  puncak adalah keseluruhan kinerja dan keefektifan dari suatu perusahaan. Manajer tingkat puncak membuat kebijakan, keputusan dan strategi yang berlaku secara umum pada suatu perusahaan. Manajer puncak juga yang melakukan hubungan dengan perusahaan lain dan pemerintah.

2. Manajer Menegah / Middle Manager
Manajer tingkat menengah berada di antara manajer puncak dan manajer lini pertama. Manajer ini bertugas mengimplementasikan strategi, kebijakan serta keputusan yang diambil oleh manajer tingkat atas atau puncak.

3. Manajer Lini Pertama / First-Line Manager
Manajer tingkat bawah ini kebanyakan melakukan pengawasan atau supervisi para karyawan dan memastikan strategi, kebijakan dan keputusan yang telah diambil oleh manajer  puncak dan menengah telah dijalankan dengan baik. Manajer lini pertama juga memiliki andil dan turut serta dalam proses pengimplementasian strategi yang telah ditetapkan.

Tambahan Hierarki Manajemen :
Dari sisi jumlah, jumlah dari atas ke bawah berbentuk kerucut atau piramida, yaitu semakin tinggi level atau tingkatan seorang manajer, maka semakin sedikit jumlah manajer pada tingkatan tersebut.

Teori Z Pada Manajemen Sumber Daya Manusia / Karyawan / Pegawai – Ilmu Manajemen SDM

Teori Z dicetuskan / diciptakan oleh William Ouchi. Teori ini sudah banyak diimplementasikan / dijalankan pada banyak perusahaan di Amerika Serikat dan Jepang. Teori Z adalah lebih menekankan pada peran dan posisi pegawai atau karyawan dalam perusahaan yang dapat membuat para pekerja menjadi nyaman, betah, senang dan merasa menjadi bagian penting dalam perusahaan. Dengan demikian maka karyawan akan bekerja dengan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya.

Berikut ini adalah syarat dan ciri dari perusahaan yang menerapkan teori z :

1. Tanggung jawab diberikan secara perorangan atau individual.

2. Karyaban bebas bekerja menggunakan keterampilan yang dimilikinya.

3. Karyawan dipekerjakan seumur hidup dan jika perusahaan mengalami krisis, maka para pegawai tidak akan dipecat atau phk.

4. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara konsensus atau secara terbuka. Walaupun akan memakan waktu yang lebih lama namun tingat keberhasilan pengimplementasian hasil keputusan yang didapat akan lebih tinggi karena mendapat dukungan dari mayoritas pekerja.

5. Promosi dilakukan perlahan-lahan dari bawah, dan proses evaluasi prestasi dan promosi dilakukan dengan hari-hati agar tidak menimbulkan masalah dengan para karyawan.

Definisi / Pengertian Sentralisasi dan Desentralisasi – Ilmu Ekonomi Manajemen

A. Sentralisasi

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.

Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.

B. Desentralisasi

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.

Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

Macam-Macam / Jenis-Jenis Manajer Berdasarkan Sikap Globalisasi Internasional – Ilmu Ekonomi Manajemen

Berdasarkan sikap dan perilaku para manajer internasional dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Ethnocentric Manager / Manajer Etnosentris
Ethnocentric Manager adalah manajer yang memiliki anggapan atau persepsi bahwa budaya dan perilaku kerja di negara tempat asalnya jauh lebih baik daripada tempat lain. Contohnya adalah di mana para manajer asing lebih suka memberikan kesempatan jenjang karir pada pekerja asing saja sehingga menimbulkan diskriminasi.

2. Polycentric Manager / Manajer Polisentris
Polycentric Manager adalah manajer yang menggangap bahwa pekerja asing dan pekerja lokal memiliki perbedaan yang cukup jauh dan tenaga kerja dalam negeri lebih memiliki daya saing dan skill di lapangan.

3. Geocentric Manager / Manajer Geosentris
Geocentric Manager memiliki suatu anggapan yang lebih realistik dibanding kedua jenis manajer di atas. Manajer geosentris memahami bahwa terdapat kekurangan dan kelebihan pada budaya yang ada sehingga perlu dibuat adanya penyesuaian budaya dengan memnggabungkan keduanya untuk membentuk budaya yang baru yang lebih kuat dan efektif.

Teori Konsep Just In Time / JIT Pada Proses Produksi dan Operasional Perusahaan Manufaktur / Pabrik – Ilmu Ekonomi Manajemen

Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.

Teori konsep just in time ditemukan oleh seorang berkebangsaan jepang bernama Taiichi Ohno dari perusahaan kendaraan motor Toyota. Perhitungan serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian produksi haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya dapat menghambat proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Jenis dan Macam Gaya Kepemimpinan / Pemimpin Klasik Otoriter, Demokratis dan Bebas – Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi

Manajer Fungsional (Functional Manager) dan Manajer Umum (General Manager / GM) – Arti Definisi dan Pengertian

A. Manajer Fungsional / Functional Manager

Manajer fungsional adalah manajer yang memiliki tanggung jawab pada satu bagian fungsional perusahaan atau organisasi saja dan tidak ikut campur pekerjaan fungsional pada bagian lain. Contohnya adalah seperti manajer keuangan, manajer pemasaran, manajer akuntansi, manajer operasional, manajer hrd, dan banyak lagi contoh lainnya.

B. Manajer Umum / General Manager

Manajer umum adalah manajer yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian / fungsional pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer umum memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa atau seluruh manajer fungsional. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda

Manajer Fungsional (Functional Manager) dan Manajer Umum (General Manager / GM) – Arti Definisi dan Pengertian

A. Manajer Fungsional / Functional Manager

Manajer fungsional adalah manajer yang memiliki tanggung jawab pada satu bagian fungsional perusahaan atau organisasi saja dan tidak ikut campur pekerjaan fungsional pada bagian lain. Contohnya adalah seperti manajer keuangan, manajer pemasaran, manajer akuntansi, manajer operasional, manajer hrd, dan banyak lagi contoh lainnya.

B. Manajer Umum / General Manager

Manajer umum adalah manajer yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian / fungsional pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer umum memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa atau seluruh manajer fungsional. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda.

Macam dan Jenis Pelatihan / Training Bagi Pegawai / Karyawan Baru Non Manajerial – Manajemen Sumber Daya Manusia ESDM

Dalam mengembangkan kemampuan, kecekatan dan keahlian para pegawai, pekerja atau karyawan baru diperlukan pemberian pendidikan dan pelatihan / diklat yang disuaikan dengan bidang kerjanya. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan pegawai baru :

1. Magang / Apprenticeship Training

Magang adalah suatu pembekalan pegawa baru dengan cara belajar langsung dengan senior dan diawasi oleh para pakar atau ahlinya. Untuk mendapatkan skill yang sama dengan masternya dibutuhkan waktu yang relatif cukup lama.

2. Learning By Doing / On The Job Training / Bekerja Sambil Belajar

On the job training adalah suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses pemindahan pengetahuan dan pengalaman kerja / transfer knowledge dan para karyawan senior ke junior. Pelatihan ini langsung menerjunkan pegawai baru bekerja sesuai dengan job description / jobdesc masing-masing di bawah supervisi / pengawasan penyelia atau karyawan senior.

3. Vestibule Training
Vestibule training adalah memberikan pelatihan semacam kursus yang dijalankan di luar lingkungan kerja. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan pada kursus tersebut tidak jauh berbeda dengan pekerjaan yang nantinya akan digeluti oleh para peserta.

Tiga Teori Upah Kompensasi Ekonomi SDM – Teori Ekonomi Pasar, Teori Standar Hidup dan Teori Kemampuan Untuk Membayar

3 Teori Latar Belakang / Melatar Belakangi Kompensasi Pekerja :

1. Teori Kompensasi Ekonomi Pasar
Teori ekonomi pasar adalah penciptaan suatu harga upah atau bayaran yang didasarkan atas kekuatan tawar-menawar negosiasi / negoisasi antara para pekerja, pegawai, karyawan, buruh, dsb dengan pihak manajemen perusahaan.

2. Teori Kompensasi Standar Hidup
Teori standar hidup adalah suatu sistem kompensasi di mana upah atau gaji ditentukan dengan menyesuaikan dengan standar hidup layak di mana para pekerja dapat menikmati hidup dengan damai, mana, tentram dan sejahtera mencakup jaminan pensiun di hari tua, tabungan, pendidikan, tempat tinggal, transportasi dan lain sebagainya.

3. Teori Kompensasi Kemampuan Membayar
Teori kemampuan membayar adalah suatu sistem penentuan besar kecil kompensasi yang diberikan kepada para pekerja dengan menyesuaikannya dengan tingkat pendapatan dan keuntungan perusahaan. Ketika perusahaan sedang berjaya, maka karyawan diberikan tambahan kompensasi. Tetapi jika perusahaan mengalami kerugian, maka pegawai juga akan mendapat pengurangan kompensasi.

Macam, Jenis Serta Pengertian Ekspansi Bisnis – Merger, Akuisisi, Hostile Take Over dan Leverage Buyout

Perluasan atau expansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan. Ekspansi bisnis dapat dilakukan dalam beberapa metode, yakni :

1. Merger Atau Penggabungan
Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan yang lemah akan mengaburkan identitas yang dimilikinya. jenis-jenis merger :

a. Merger Vertikal
Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat operasional. Contoh : Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan peternakan ayam.

b. Merger Horisontal
Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi yang sama. Contoh : pabrik komputer gabung dengan pabrik komputer.

c. Merger Konglomerasi
Tidak ada hubungan industri pada perusahaan yang diakuisisi. Bertujuan untuk meningkatkan profit perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis. Contoh : perusahaan pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon seluler nirkabel.

2. Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.

3. Hostile Take Over atau Pengambil Alihan Secara Paksa
Hostile take over adalah suatu tindakan akuisisi yang dilakukan secara paksa yang biasanya dilakukan dengan cara membuka penawaran atas saham perusahaan yang ingin dikuasai di pasar modal dengan harga di atas harga pasar. Pengambilalihan secara paksa biasanya diikuti oleh pemecatan karyawan dan manajer untuk diganti orang baru untuk melakukan efisiensi pada operasional perusahaan.

4. Leverage Buyout
Leverage buy out adalah teknik pengusaan perusahaan dengan metode pinjaman atau utang yang digunakan pihak manajemen untuk membeli perusahaan lain. Terkadang suatu perusahaan target dapat dimiliki tanpa modal awal yang besar.

Sumber : Berbagai Sumber

Posting : Hilmi Husada

Nasihat untuk sang PENSIL

Nasihat untuk sang PENSIL

sumber : googling

Terkisahkan seorang lelaki tua yang pekerjaannya membuat pensil, setiap hari dia bekerja untuk membuat pensil, yang kemudian untuk di jual ke pasar. Pembuat pensil yang terkenal keramahannya ini sangatlah rajin bekerja, setiap dia selesai membuat satu batang pensil maka dia akan menaruh pensil tersebut disampingnya sebelum ia memasukkannya kedalam kotak.

sumber : googling

Kemudian ia mengambil pensil tersebut dan berbicaralah ia kepada pensil tersebut:

“ada lima hal yang perlu kamu ketahui sebelum aku memasukkanmu kedalam kotak dan menjualmu ke pasar” ujar lelaki tua pembuat pensil tersebut kepada pensil hasil ciptannya

“pertama, kau dapat melakukan banyak hal yang besar asal kau bersedia dalam genggaman tangan seseorang.

Kedua, kau akan merasakan betapa pedihnya rautan dari waktu ke waktu, namun kau membutuhkan itu agar menjadi sebatang pensil yang baik.

Ketiga, kau harus bisa mengoreksi semua kesalahan dari apa yang engkau goreskan.

Empat, yang terpenting darimu adalah bagian dalam tubuhmu.

Lima, pada permukaan apa saja kau digoreskan, kau harus dapat meniggalkan coretan (kesan).” Jelas sang pembuat pensil

Kemudian lelaki tua tersebut memasukkan pensil tersebut kedalam kotak dan membawanya ke pasar untuk dijualnya (mengirim ke dunia)

Dalam kotak pensil tersebut selalu mengingat dan berusaha mentaati semua nasihat si pembuat pensil.

sumber : googling

Posting : Hilmi

Sampingan

Teknik Penulisan Artikel
Bagian 1

Tentunya kita semua pernah menulis sebuah artikel dari zaman SMP sampai kuliah atau bahkan sampai sekarang ketika sudah bekerja. Saya pertama kali menulis artikel ketika waktu smp, artikel yang saya buat adalah artikel riwayat hidup dari seseorang semenjak dia lahir sampai sukses dalam pekerjaannya. Artikel tersebut saya buat sebagai tugas mata pelajaran bahasa Indonesia. Ketika zaman SMA dan kuliah tentunya semakin banyak artikel yang harus dibuat karena tuntutan pelajaran dan mata kuliah. Nah pada saat ini saya akan memberikan sedikit rahasia teknik penulisan artikel. Apakah saya mahir menulis artikel? tidak, saya tidak mahir dalam menulis artikel, kalau belum mahir kenapa mau memberi teknik penulisan, apa tidak salah tuh. Begini saudara-saudara pembaca yang budiman, pada tahun 2003 saya mengikuti Seminar Pembinaan Bidang Media Bagi Jemaat yang berlangsung di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang yang diselenggaakan oleh Literatur SAAT; nah hasil dari seminar itulah yang akan saya bagikan kepada saudara-saudara semua.

Pada waktu seminar tersebut ketika sesi tentang Teknik Penulisan Artikel dibawakan oleh Xavier Quentin Pranata yang pada waktu itu masih sebagai Pemimpin Redaksi majalah Bahana dan PBR Andi. Karena ini mengenai masalah hak cipta dan hak paten maka tentunya artikel mengenai teknik penulisan artikel yang saya bagikan hanya akan saya bagi inti-intinya saja dan tidak secara menyeluruh.

Bila melihat banyaknya tulisan yang harus dibagikan maka artikel ini akan saya bagi dalam beberapa seri, tanpa panjang kali lebar sama dengan luas maka langsung saja dinikmati.

Intro dari saya
Menurut anda apakah setiap orang adalah penulis? menurut pendapat saya Ya, setiap orang adalah penulis. Alasannya apa? ketika seseorang dapat melihat, membaca, mendengar dan berbicara maka seseorang tersebut dapat menceritakan apa yang dia lihat, baca, dengar kepada orang lain. Nah ketika dia mampu menceritakan suatu hal tersebut tentunya cerita tersebut dapat dialihkan ke dalam bahasa tulis. Hanya saja kenapa sulit untuk menulis? karena banyak orang, termasuk saya :) tidak pernah atau kurang berlatih menulis. Menulis disini dalam artian menulis dengan baik sehingga menghasilkan tulisan yang enak dibaca, berbobot bukan sekedar menulis apa adanya. memang menulis dimulai dari menulis apa adanya, apa yang ada ditulis dengan bahasa dan metode seadanya, sebisanya. Namun seyogyanya setelah itu semua dilalui secara perlahan diharapkan dapat menulis dengan baik; bagaiamana merangkai kata, memilih diksi sehingga tulisan yang ditulis dapat menjadi tulisan yang utuh.

Pengertian artikel

Berikut ini adalah arti menulis artikel bagi seorang Xavier Quentin Pranata (yang akan kita sebut XQP), secara sederhana artikel ialah tulisan tentang suatu masalah, berikut pendapat dan pendirian penulis tentang masalah itu.
Tentunya arti artikel banyak sekali tergantung dari seseorang memandang dan mengartikannya, jika dilihat di KBBI, Webster’s New World Dictionary of Media and Communication berbeda arti.

Seseorang yang disebut oleh XQP dalam materi seminarnya yaitu Andi Baso Mappatoto mengatakan dalam bukunya yang berjudul Teknik Penulisan Feature (Jakarta: PT GPU,1992) terdapat 6 kesimpulan yang 3 diantaranya adalah:
1. karya tulis atau karangan
2. karangan non fiksi
3. karangan yang tak tentu panjangnya
bersambung

Posting : hilmi husada

Teknik Penulisan Artikel

Sampingan

posted by hilmi, husadagroup@wordpress.com 22 Oktober 2012

Meski kecil, kesalahan tetaplah kesalahan. Maka dari itu bekerja dengan detil itu penting.

Semakin banyak aturan, berarti semakin bebal orang-orang yang diatur. Begitulah kira-kira gubahan saya dari aturan entropi dalam Hukum Termodinamika I. Bedanya hanya penggantian kata orang dengan sistem. Dengan kata lain menurut hukum tersebut, semakin banyak aturan berarti semakin banyak ketidakteraturan dalam sistem tersebut. Rosseau pun secara implisit dalam Sosial Kontraknya menyepakati bahwa kondisi yang ideal adalah kondisi dimana tidak ada aturan namun tetap bisa teratur. Karena tidak mungkin, perlu adanya kontrak sosial antara individu untu meletakan kebebasannya agar tercipta keteraturan umum.

Aturan bisa mewujud dalam banyak hal. Misalnya, produk hukum, moral, dan jenis-jenis aturan lainnya. Ketika manusia bisa hidup tanpa adanya peraturan, tapi tetap bisa berlangsung aman, nyaman, dan tidak ada masalah, maka menurut saya, bisa dikatakan peradabannya sudah tinggi. Kesadaran masing-masing individu untuk tahu batas-batas apa yang boleh dan tidak untuk dilakukan, telah luar bisa hebat. Masyarakat telah dewasa.

Namun demikian, adakah kondisi masyarakat dalam satu atau berbagai bidang yang begitu? Saya rasa tidak. Terlalu utopis memang. Pun dalam dunia jurnalisme, seperti yang terlihat pada kerja-kerja jurnalistiknya. Kondisi empiris menghendaki bahkan membutuhkan adanya aturan-aturan selain hukum yang mengikat jurnalis untuk berbagai alasan maupun tujuan.

Pertama, agar tidak terjadi penyalahgunaan profesi serta produk jurnalistik. Kita tahu bahwa jurnalis mempunyai posisi yang strategis untuk membangun dan menghancurkan citra sesorang. Di tangan jurnalis pula, opini publik di masyarakat dibentuk. Untuk itu, perlu adanya tindakan preventif untuk menanggulanginya. Selain itu tindakan tersebut berupa aturan dibawah hukum. Hal ini dikarenakan aturan tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu jurnalisme sekaligus menghindari adanya ketidakpercayaan masyarakat akbat mutu jurnalisme yang rendah.

Dalam kondisi yang demikianlah kode etik dibutuhkan. Ia bekerja dalam ranah-ranah organisasi, kelompok, kultural, atau “non hukum.” Dengan demikian pelanggaran terhadap kode etik hanya melahirkan sanksi dari organisasi yang menaungi seorang jurnalis, tidak lebih.

Sejak 2009 hungga sekarang, nampaknya tidak ada perubahan yang berarti mengenai kualitas jurnalisme yang tertuang dalam produk jurnalistiknya di Indonesia. Bisa dibilang jumlah pelanggaran kode etik statis. Tidak menurun, dan alhamdulillah tidak naik. Ironis memang. Sebenarnya hal ini karena rendahnya mutu jurnalis serta pemahaman akan kode etik yang ada. Hasil survei yang dilansir oleh Vivanews.com hanya 20 persen dari jurnalis yang membaca Kode Etik Jurnalistik.


Sumber: Publikasi Aliansi Jurnalis Indonesia

Selama tahun 2011, ada beberapa kasus pelanggaran KEJ yang lumayan “besar.” Maksudnya besar disini adalah ia diberitakan secara masif di media masa. Pemanfaatan profesi wartawan guna pembelian IPO Krakatau Steel adalah salah satu yang menarik. Banyak jurnalis yang mengundurkan diri dan dipecat dari perusahaan yang menaungi. Di awal 2012 ini pun sebenarnya telah terjadi pelanggaran. Tidak besar memang, bahkan cenderung sepele. Hanya saja ini menggelitik untuk dikemukakan. Kasusnya adalah pemberitaan Vivanews.com dan Detik.com tentang rilis survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) Kepercayaan Publik Pada Pemberantasan Korupsi.

Dalam pemberitaan tersebut, tulisannya mengarah pada POLRI lebih bersih daripada KPK. Secara gamblang disebutkan demikian. Dalam hasil survei memang persentase kepercayaan pada POLRI adalah 39,3% sedangkan KPK hanya 38,5%. Sepintas berita yang diunggah dalam media daring tersebut tidak ada masalah. Namun entah lupa atau memang miskin verifikasi, margin eror dalam penelitian sebesar 2,9% diabaikan.

Padahal nilai persentaseantara POLRI dan KPK kurang dari nilai margin eror. Hal ini menunjukan sebenarnya posisi kedua lembaga tersebut tidak bisa diperingkat. Mengapa? Karena bisa saja terjadi salah perhitungan dan itu diperbolehkan sehingga mungkin saja persentase KPK lebih bersih daripada POLRI. Kesimpulan dari hasil rilis LSI saja tidak mengatakan demikian. Lantas mengapa pemberitaannya seperti itu? Adakah kepentingan-kepentingan dibalik itu? Yang jelas, menurut KEJ pasal 1 berbunyi:

“ Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.”

Antara Data Dan Estetika